Pengambilan gambar atau Tapping Gagas RI yang ketiga sudah dilaksanakan pada Senin malam, 29 Mei 2023 di Studio I, Kompas TV di Menara Kompas di kawasan Palmerah, Jakarta. Pada acara ini hadir beberapa narasumber yang hebat dan mengambil topik yang cukup berat dan serius yaitu Ekonomi, Keadilan dan Kemanusiaan.
Yang menjadi bintang utama acara malam itu adalah Buya Haedar Nashir, Ketua Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah didampingi oleh Meuthiah Ghani Rohman, sosiolog dari Universitas Indonesia, Hendri Saparini, ekonom INDEF (The Institute for Development, Economics and Finance), dan Arif Budimanta, Staf Khusus Presiden Jokowi dan dipandu oleh moderator Sukidi Mulyadi.
Sukidi membuka acara dengan monolog yang mengisahkan kerisauan salah seorang ilmuwan dari Amerika mengenai keadilan ekonomi yang terjadi di Amerika. Singkatnya walau Amerika adalah secara umum termasuk salah satu negeri paling kaya di dunia, tetapi tingkat perbedaan antara yang kaya dan miskin pun ternyata terlalu mencolok. Apa yang terjadi di Amerika itu seakan-akan menyoroti ketimpangan yang terjadi karena sistem ekonomi liberal dan kapitalisme yang sebebas-bebasnya.
Nah ketika Buya Haedar naik ke panggung, ternyata kerisauan yang sama pun diungkap dengan gambang mengenai kondisi Indonesia setelah hampir 78 tahun merdeka. Menurut Buya, situasi ekonomi di Indonesia pada saat sekarang dan bahkan sejak puluhan tahun sebelumnya memang masih sangat jauh panggang daripada api dengan apa yang dicita-citakan seperti didengungkan oleh para bapak dan ibu bangsa ketika memperjuangkan kemerdekaan Indonesia dulu.
Walau secara rata-rata ada kemajuan dan perbaikan tingkat kemakmuran, tetapi dalam banyak hal kemakmuran dan kemajuan hanya dinikmati oleh sebagian kecil golongan masyarakat saja. Singkatnya ekonomi dan juga politik di Indonesia ini masih dikuasai oleh para oligarki yang sudah kian menggurita sejak lama. Apa yang ditulis dalam Panca Sila dan juga UUD 1945 seakan-akan masih jauh untuk dapat diwujudkan.
Dalam bidang ekonomi misalnya, walaupun keberhasilan Indonesia dalam menjaga kestabilan dan pertumbuhan yang baik, struktur ekonomi Indonesia sebenarnya masih sangat rapuh karena adanya beberaoa factor yang selama ini kurang diperhatikan. Misalnya saja kesenjangan ekonomi, kemiskinan, dan beban hutang negara yang kian menggunung serta korupsi yang terus menggila di tengah-tengah beban proyek besar pemerintah saat ini.
Secara keseluruhan dapat dikatakan bahwa pada hakikatnya perekonomian Indonesia masih belum mandiri dan berdaulat sehingga sangat rapuh dan rentan terhadap gejolak perekonomian dunia. Di samping itu, yang patut kita waspadai adalah paradigma pembangunan ekonomi nasional yang tidak sejalan dengan ilai0nilai yang ada pada UUD 1945,
Hal ini diperparah dengan ketimpangan struktural dalam perekonomian yang semakin meluas dan juga banyak kebijakan fiskal dan moneter yang kurang berpihak kepada rakyat dan seakan memihak kepada kelompok pemilik modal dan golongan atau kelompok tertentu saja. Singkatnya sejak reformasi 1998, Ekonomi Indonesia semakin liberal tanpa kendali.
Nah maslah perekonomian ini terjadi berkaitan erat dengan keadilan dan kemanusiaan, terutama karena ada satu hal yang sangat krusial dalam kehidupan kita dalam berbangsa dan bernegara yang sangat dibenci dalam wacana tetapi terus dipelihara dalam fakta, yaitu korupsi yang kian menggila. Rasanya kita sudah bosan membahas masalah korupsi yang hingga saat ini tampaknya bagaikan lingkaran setan yang membelenggu negeri.
Selain korupsi, juga dibahas masalah hutang negara yang kian bertumpuk. Walau secara teori banyak yang bilang bahwa rasio hutang kita masih wajar dan ok, tetapi tetap saja jangan sampai Indonesia terperosok dalam jeratan hutang yang bisa saja menjebloskan Indonesia ke depannya.