Penyelenggaraan Piala Dunia U20 tahun 2023 yang seharusnya berlangsung di 6 stadion di 6 kota di Indonesia kini dalam situasi kritis. Kalau diibaratkan orang sakit, perhelatan ini dapat dikatakan sedang dirawat di ICU dengan probabilitas sembuh yang kecil. Hal ini terbukti dengan FIFA yang sudah membatalkan drawing yang seharusnya diadakan di Bali pada 31 Maret mendatang.
Hal ini disebabkan karena maraknya penolakan akan partisipasi timnas Israel di Piala Dunia yang baru pertama kali akan diselenggarakan di Indonesia ini. Yang menolak kedatangan timnas Israel bukan hanya organisasi berbasis Islam seperti Alumni 212 dan MUI, melainkan juga tokoh dan partai yang selama ini sering berseberangan seperti misalnya PDIP. Bahkan Gubernur Bali, I Wayan Koster sendiri menyatakan dengan lantang menolak kedatangan timnas Israel di Bali.
Di media sosial pun bertebaran pro kontra kedatangan timnas Israel ini dengan segala kontroversinya. Yang paling banyak digaungkan adalah bahwa Indonesia sangat mendukung kemerdekaan bangsa Palestina dan menentang penjajahan atas Palestina sesuai dengan pembukaan Undang Undang Dasar 1945. Bahkan sesekali banyak pihak yang bernostalgia dengan ketegasan Bung Karno dulu dalam menentang Israel bahkan dalam peristiwa olah raga seperti Asian Games 1962 dan kualifikasi Piala Dunia 1958. Orang-orang yang sering berseberangan dengan Bung Karno pun mendukung Bung Karno dalam hal ini.
Apakah salah berpendapat seperti itu? Sama sekali tidak salah. Kita memang dengan tegas tidak suka dengan penjajahan dan mendukung Palestina untuk merdeka. Namun dengan menolak timnas Israel, apakah sudah dipertimbangkan dampaknya? Siapa yang paling akan menanggung akibatnya, apakah Israel yang ditolak ataukah Indonesia yang menolak. Dan apakah Palestina akan merdeka jika kita menolak timnas Israel?
Sudahkan kita mempertimbangkan dampak ini dengan kepala yang dingin dan dada yang lapang. Sudahkah kita dengan besar hati bisa memisahkan politik dan olahraga? Bukankah melalui olahraga perbedaan etnis, bangsa, agama, dan bahkan ideologi politik dapat dijembatani dan menciptakan dunia yang lebih damai dan jauh dari konflik di masa depan. Sudahkah kita berhitung apa yang sudah kita dapatkan dan Palestina dapatkan dari sikap kita yang terus begitu anti Israel. Apakah sudah dipertimbangkan apakah kita sudah berlaku adil kepada timnas Israel, yang telah susah payah bertanding sehingga berhasil lolos kualifikasi dan berhak maju ke final Piala Dunia di Indonesia... Ini yang perlu dipertimbangkan lagi.
Kita semua tahu, bahwa ketika membicarakan Yahudi dan Israel, yang serupa tetapi tidak sama itu akan membuat banyak logika dan perhitungan menjadi sirna. Lebih banyak amarah dan kebencian yang muncul. Dan kita mungkin lupa kebencian dan kemarahan itu akhirnya akan berbalik merugikan kita sendiri.
Akibat yang paling mungkin dari penolakan terhadap timnas Israel untuk bertanding di Indonesia adalah pembatalan Piala Dunia U 20 di Indonesia dan pertandingan akan dipindahkan ke negara lain. Ada beberapa negara yang sudah menyatakan diri siap. Dan tentu saja Indonesia selain kehilangan kesempatan menjadi tuan rumah, juga tidak akan ikut berpartisipasi dalam piala dunia itu. Kita tentu masih ingat terakhir kali Indonesia berpartisipasi dalam Piala Dunia versi remaja adalah pada 1979 ketika di Jepang ketika Indonesia sempat bertanding melawan Argentina yang diperkuat oleh Diego Maradona. Ah sudah lama sekali.
Sanksi itu belum seberapa. Sanksi yang lebih berat lagi mungkin akan ada yaitu Indonesia bisa saja dikeluarkan dari FIFA dan tidak akan pernah ditunjuk menjadi tuan rumah pertandingan berskala internasional. Dan ancaman yang paling nyata adalah Indonesia akan dicoret dari kualifikasi Piala Dunia 2026 dimana Asia akan mendapat 8 jatah. Apalagi cita-cita Indonesia untuk menjadi tuan rumah Olimpiade 2036 yang sudah pasti tidak mungkin karena Indonesia sudah pasti tidak akan mau mengundang Israel.
Ada baiknya sebelum kita menolak timnas Israel dengan tujuan sekan-akan menjadi pahlawan bagi Palestina, kita berkaca kepada diri kita sendiri. Apa kta sudah siap menanggung dampaknya. Dan apakah kita sudah berlaku adil kepada Israel. Karena jangan sampai kebencian kita atas suatu kaum membuat kita berlaku zholim.
Kalau kia berbicara mengenai agama sekalipun. Kalau kita mau lebih teliti. Tidak semua anggota timnas Israel adalah orang Yahudi, bahkan ada beberapa pemain Israel yang beragama Islam. Dan yang lebih tidak adil lagi adalah mengapa penolakan ini baru diramaikan baru-baru ini sementara Israel sendiri sudah berhasil lolos sejak Juni 2022 lalu. Yang menjadi pertanyaan, ke mana saja mereka yang menolak timnas Israel ini sejak Juni 2022 hingga sekarang?