Lihat ke Halaman Asli

Taufik Uieks

TERVERIFIKASI

Dosen , penulis buku travelling dan suka jalan-jalan kemana saja,

Bernazar di Taman Buaya Cikarang

Diperbarui: 3 Maret 2023   19:38

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Taman Buaya: Dokpri

Setelah mampir sejenak ke Saung Ranggon, Clickompasiana melanjutkan wisata di Cikarang menuju Taman Buaya Indonesia Jaya di Sukaragam, Serang, Kabupaten Bekasi.  Angkot yang kami sewa melewati jalan-jalan yang lumayan padat di kabupaten Bekasi dan menjadi lebih padat karena terkena imbas banjir di beberapa kawasan.

Akhirnya setelah mampir sejenak makan siang di sebuah restoran Padang, sekitar pukul 3 siang, kami sampai di Taman Buaya.  Walau cuaca mendung menemani perjalanan kami sejak pagi hingga siang tadi, kamu beruntung hujan tidak turun dan bahkan memberikan keteduhan dan kesejukan. Belum lagi canda ria dan gurauan di dalam angkot membuat hati menjadi gembira senang.

Sebuah patung buaya dalam ukuran besar ada di depan taman sekaligus tempat parkir. Selain angkot kami, hanya ada satu kendaraan lain yang parkir. Sontak sobat-sobat Click segera bergaya di depan patung, selain selfie beraksi-ramai, ada juga yang sibuk membuat video dan segera mengunggah nya berbagai platform media sosial.

Tiket masuk: Dokpri

Mbak Mutiah, sebagai ketua Clickompasiana segera membeli tiket masuk yang harganya 20 Ribu.  Perempuan yang menjual tiket menjelaskan bahwa tempat ini biasanya lumayan ramai di akhir pekan dengan pengunjung bisa mencapai sekitar 100 orang, namun di hari -hari kerja sangat sepi bahkan rata-rata pengunjung hanya sekitar 5-10 orang. 

Kami masuk ke dalam tempat penangkaran buaya yang sekaligus menjadi salah satu tempat wisata andalan di kawasan Cikarang.  Di sebuah kolam yang lumayan besar terlihat puluhan buaya sedang berbaring santai.

Buaya di kolam: Dokpri

"Ini buaya betulan atau patung, Sukma Tom, salah seorang peserta Clickompasiana berkomentar ketika melihat buaya-buaya itu berbaring santai dalam berbagai posisi. Sebagian tampak garang sambil membuka mulut lebar-lebar. Namun karena dalam waktu cukup lama hanya berdiam diri saja, Sukma mengira buaya-buaya itu hanya patung. Saya kemudian ingat akan sebuah pepatah lama yang sering diucapkan ayah saya : Buaya diam disangka mati.

Gubrak, tiba-tiba saja Sukma melompat menjauhi pagar kolam buaya. Rupanya dia terkejut dan secara refleks melompat ketika sepasang buaya yang ada di dekat pagar sekonyong-konyong membuat erangan ketika ekor mereka yang kekar perkasa saling berbenturan. Walau tidak mengerti bahasa buaya, saya pun mafhum bahwa buaya-buaya itu sedang berkelahi.

Kandang Buaya: Dokpri

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline