Tujuan utama wisata kami di Kota Solo pada siang itu adalah mampir ke Pura Mangkunegaran. Maklum walau sudah sering berkunjung ke Solo dan melewati tempat ini, saya belum pernah sempat mampir dan hanya mengagumi keindahan dan kemegahannya dari luar.
Sekitar pukul dua siang kendaraan sudah parkir di halamannya yang luas. Suasana tidak terlalu ramai, hanya ada beberapa kendaraan yang parkir. Di kejauhan di sebelah timur, tampak sebuah gedung warna putih berlantai dua bertuliskan Kavalerie -Artilerrie dengan angka tahun 1874. Setelah membayar ongkos parkir sebesar 5000 Rupiah, petugas parkir menunjukkan tempat untuk membeli tiket masuk. Lapangan ini ternyata memiliki nama khusus yaitu Pamedan dan dulu sering digunakan untuk Latihan prajurit Legiun Mangkunegaran yang tersohor itu.
"Harga tiket dua puluh ribu per orang dan untuk pemandu wisata bisa diberikan tip seikhlasnya," demikian ujar mbak resepsionis sambil menjelaskan bahwa wajib hukumnya menggunakan pemandu karena bertandang ke tempat ini adalah mirip bertamu dan bila pergi sendiri tidak diizinkan masuk ke tempat tempat tertentu. Saya juga kemudian menuliskan nama, asal kota dan berapa orang jumlah rombongan di buku tamu yang disediakan. Setelah itu kami dipersilahkan masuk ke sebuah ruangan untuk menunggu pemandu wisata.
Di ruangan ini ada beberapa foto Mangkunegara X yang baru saja dilantik Maret 2022 lalu menggantikan ayahnya yang meninggal pada 2021 lalu. Bhre Cakrahutomo, demikian nama Mangkunegoro X ini tampak masih sangat muda usianya. Ternyata masih berusia 25 tahun ketika diangkat tahun lalu dan juga masih berstatus lajang. Hal ini saya ketahui kemudian ketika bertanya kepada pemandu wisata.
Setelah menunggu sekitar lima menit, pemandu, wisata seorang perempuan berusia sekitar 40 tahunan mengucapkan selamat datang dan mempersilahkan kami masuk ke halaman dalam Pura Mangkunegaran yang juga sangat luas. Di sini ada sebuah kolam dengan air mancur yang berhiaskan patung emas cupid atau dewa asmara dengan seekor angsa yang sayapnya sedang mengembang.
Bangunan pertama dalam kompleks pura adalah Pendopo Ageng. Kami dipersilahkan untuk berfoto dengan latar belakang pendopo ageng ini. Sebelum masuk ke pendopo, kami diberi tas untuk menyimpan alas kaki.
"Pendopo ini merupakan pendopo kraton paling besar yang ada di Indonesia dan memiliki luas sekitar 3500 meter persegi," demikian pemandu wisata memulai ceritanya. Dikisahkan juga bahwa pendopo ini dibangun pada tahun 1804 dan dapat memuat sekitar 10 ribu orang. Pendopo ini juga yang dijadikan tempat resepsi pernikahan Kaesang baru-baru ini. Namun ada kisah yang menarik tentang pernikahan ini, yaitu hanya tamu VIP saja yang diperbolehkan masuk ke pendopo sementara kebanyakan undangan dipersilakanduduk di tenda-tenda di lapangan. Di depan pendopo ada lambang Mangkunegaran berupa huruf MN yang diapid dua cupid dengan sentuhan Eropa yang dominan.