Sore itu, saya kebetulan turun di halte TransJakarta di Semanggi. Sambil menyeberang jembatan penyebrangan, saya memandang ke Jalan Gatot Subroto dan juga Jalan Tol dalam kota yang selalu padat dua arah baik arah Cawang maupun Grogol.
Khusus arah Cawang, ada banyak simpul kemacetan, salah satunya adalah halte atau terminal bayangan yang ada di depan Plaza Semanggi. Selain ada bus Trans Jakarta, banyak juga bus Trans Jabodetabek yang jika sore mengantar para penglaju untuk kembali ke tempat masing-masing-masing di kawasan Bogor, Cibubur, dan juga Bekasi, Selain rute tradisional yang sudah ada sejak dulu seperti Bekasi Barat dan Bekasi Timur, juga ada tujuan perumahan di kawasan Bogor.
Sementara Bus Trans Jakarta yang lewat di sini hanya rute Tanah Abang Pasar Minggu yang biasanya hanya berhenti sejenak untuk menaikkan atau menurunkan penumpang. Ah kangen juga dengan Metro mini warna oranye ataupun Kopaja warna hijau krem yang dulunya biasanya lewat dan sering ngetem di sini. Kekacauan yang diciptakannya sudah menjadi masa lalu bagi transportasi umum di Jakarta. Sejak makin baiknya layanan TransJakarta, mau tidak mau Metromini dan Kopaja menjadi sejarah yang pantas dikenang saja.
Namun kemacetan masih belum bisa dihindari di kawasan jalan utama seperti Gatot Subroto ini. Karena ini pemerintah berencana untuk menerapkan ERP (Electronic Road Pricing ) dalam waktu dekat ini. Peraturan dan tarif serta implementasi teknisnya masih sedang digodok, demikian juga segala kontroversi dan suara yang pro dan kontra.
Saya kemudian turun dari jembatan dan sejenak berhenti di halte. Ikut duduk sambil mengamati para calon penumpang yang sedang menunggu bus. Sebuah bus TransJakarta 9 D lewat. Ada beberapa penumpang yang naik. Bus AC 05 warna biru arah Bekasi Barat lewat, beberapa penumpang pun naik, dan bus langsung berlalu.
Bosan duduk di halte saya berjalan perlahan menuju ke depan Plaza Semanggi. Di sini ada sebuah bus warna hijau sedang parkir atau ngetem menanti penumpang. Wah rupanya masih ada yang ngetem juga. Sementara ada beberapa pemuda yang masih sibuk mencari penumpang.
Sebuah bus warna biru tujuan Bogor lewat, tetapi tidak parkir dan menepi, melainkan penumpag yang setengah berlari naik menuju bus. Setelah penumpang naik, terlihat kondektur memberikan uang kepada lelaki yang membantu mencarikan penumpang. Demikian berulang beberapa kali.
Sudah cukup lama saya tidak naik bus Transjabodetabek, Berbeda dengan TransJakarta yang sudah tidak bisa lagi menggunakan uang tunai, transaksi di bus Transjabodetabek ini memang masih menggunakan pembayaran dengan uang tunai. Dan untuk itu masih ada sistem pengecekan jumlah penumpang di halte tertentu. Dan tentunya masih menggunakan sistem setoran.