Lihat ke Halaman Asli

Taufik Uieks

TERVERIFIKASI

Dosen , penulis buku travelling dan suka jalan-jalan kemana saja,

Sengitnya Persaingan Memperebutkan Haken di Dunia Animasi di Jepang

Diperbarui: 6 November 2022   13:56

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Screeshoot: Animenewsnetwork.com

Salah satu film yang juga menjadi favorit penonton dalam acara Japanese Film Festival 2022 adalah film berjudul Anime Supremacy.  Judulnya sedikit mengecoh penonton yang awalnya mengira ini adalah film animasi, namun setelah disaksikan ternyata film ini menceritakan mengenai sengitnya persaingan di antara sutradara film animasi untuk mendapatkan gelar Haken , atau film animasi yang paling popular.

Film ini dimulai ketika Hitomi Saito (Riho Yoshioka) sedang diwawancara untuk bergabung di salah satu perusahaan pembuat film animasi terkenal di Jepang bernama Tokei Animation.  Dan jawabannya sangat meyakinkan yaitu Chiharu Oji, yang merupakan sutradara terkenal yang menjadi idola Saito.  

Nah siapa sangka 7 tahun kemudian, Saito yang sudah menjadi sutradara ditugaskan untuk membuat film animasi pertamanya dan kemudian dia harus bersaing dengan sang sutradara idola yang telah sekian tahun absen membuat animasi. 

Dalam debutnya sebagai sutradara Saito membuat sebuah serial animasi yang berjudul "Sound Back, Playing Stone," alias "Soundo Bakku , So no Ishi".   Namun digambarkan dalam film ini bahwa semangat sang sutradara kadang-kadang terguncang karena suasana dan harapan produser, Osamu Yukishiro yang menempatkan bisnis di tujuan utama. 

Sementara pesaingnya, sutradara kondang yang come back Chiharu Oji (Tomoya Nakamura) muncul dengan film berjudul Fate Front: Liddle Light atau Unmei Sensen Rideruraito.  Kedua film animasi ini khusus diciptakan untuk mendukung cerita film ini. Produser film ini Kayako Arishina (Machiko Ono) yang juga sangat mendukung Oji pun mencurahkan segala kemampuannya untuk film ini.

Pertarungan urat syaraf terjadi dalam film ini berkisar ketika produser Saito, yaitu Yukishiro terus berusaha meningkatkan penonton film ini dengan berbagai cara yang dia bisa termasuk campur tangan terhadap ide dan gagasan Saito sendiri. Sementara produser Studio Edge, Arishina yang dulunya pernah menjabat sebagai Production Assistant mencoba menangani Chiharu yang selama ini terkenal kurang bisa diterima oleh penonton anak-anak karena sering membuat karakter protagonisnya meninggal.  Arishina juga mempunyai masalah ketidakcocokan dengan komite produksi.

Dis ini kita  bisa melihat bahwa dua film yang bersaing untuk mendapatkan haken ini pun masing-masing mempunyai masalah dan kelebihan sendiri.  Jadi walaupun Saito terlihat masih debutan, asalkan dia bekerja dengan baik dan mendapatkan dukungan dari seluruh team, bukan tidak mungkin filmnya yang akan memenangkan Haken. Film ini juga merupakan adaptasi dari novel karya Mizuki Tsujimura dengan judul Haken Anime.

Demikianlah akhirnya Saito harus berjuang untuk membuat episode terakhir Soundback yang penuh tantangan. Namun akhirnya semua kru ternyata mendukung Saito. Namun bagaimana akhirnya, film animasi manakah yang akan mendapat gelar haken atau supermasi? 

Penonton akan disuguhkan betapa serunya ketika para kru berlomba untuk membuat yang terbaik untuk episode terakhir karya Saito dan juga melihat tayangan kedua film animasi di atas.  Siapa sangka, dunia animasi pun memiliki persaingan yang tidak kalah sengit seperti kehidupan di dunia nyata.

Yuk kita tunggu dalam film yang diputar di Japanese Film Festival di Jakarta sampai 6 November, Makassar 18-20 November dan Bandung pada 2-4 Desember 2022.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline