Salah satu film yang cukup menarik sekaligus menguak kembali memori atau kenangan lama yang ditayangkan dalam Festival Word Cinema Week 2022 adalah film Jepang berjudul A Hundred Flowers. Sebuah film drama yang mengisahkan hubungan seorang ibu yang secara perlahan kehilangan memori alias menderita dementia dengan satu-satunya putra yang sedang mempersiapkan kehadiran seorang anak.
Film ini, bagi saya sendiri menguak kenangan lama, akan salah satu adegan yang hingga kini masih membekas. Yaitu adegan ketika Yuriko yang sedang tidur di apartemennya di Kobe dan tiba-tiba saja apartemen itu berguncang keras cukup lama dan kemudian adegan selanjutnya, Yuriko mengembara di kota yang telah luluh lantak akibat gemba, salah satu nya adalah pemandangan jalan layang yang runtuh. Jalan layang ini disebut Hanshin Elevated Highway dan Gempa bumi yang terjadi pada 1 Januari 1995 ini pun disebut The Great Hanshin Earthquake. Kenangan ini begitu membekas karena saya sedang berada di Hong Kong bersama dengan beberapa kolega dari Jepang dan ketika saat ini sedang memperkenalkan kamera elektronik yang dimilikinya. Dan ketika itu berita tentang gempa bumi itu kami baca di surat khabar.
Film A Hundred Flower ini berkisah tentang Yuriko Kasai, seorang guru piano yang mengalami hilang ingatan atau pikun alias dimensia secara perlahan-lahan. Adegan pertamanya menampilkan sekuntum bunga yang mulai melayu di dalam jambangan yang mungkin menggambarkan suasana mental Yuriko. Adegan demi adegan menggambarkan situasi Yuriko seperti lupa ketika memainkan salah satu karya Schuman di piano.
Namun kejadian yang lumayan fatal adalah ketika Yuriko sedang berbelanja di sebuah supermarket dan langsung berlari keluar sambil membawa keranjang belanjaan yang belum dibayar sambil memanggil dan mengejar seseorang yang bahkan tidak mengenal dirinya. Bahkan kadang Yuriko sendiri tidak mengenal anaknya Izumi dan juga menantunya Kaori yang sedang mengandung.
Akhirnya Yuriko dititipkan di sebuah panti jompo yang terletak di tepi pantai. Adegan ketika Izumi dan Kaori harus meninggalkan Yuriko di halte bus cukup membuat penonton bersedih dan mengharukan. Namun yang paling berkesan adalah adegan pesta kembang api pada perayaan tahun baru yang bertepatan dengan ulang tahun Yuriko. Adegan ketika Yuriko meninggalkan Izumi yang membuat Izumi seakan-akan harus kehilangan ibunya untuk kedua kalinya.
Namun film ini juga kemudian memunculkan adegan ketika Yuriko masih muda, berama Izumi yang masih kecil termasuk kepindahannya ke Kobe serta adegan ketika gempa dahsyat terjadi. Di sinilah kemudian terungkap hubungan Yuriko dengan seorang lelaki bernama Asaba. Juga nama Yuriko di masa lalu yaitu Yuriko Asaba. Dan Izumi pun mengetahui rahasia yang selama ini ditutup rapat melaui sebuah diari tua yang dimiliki ibunya. Adegan Izumi kecil yang mencari ibunya sambil berseru "Oka San, Oka San (Ibu) sendiri sangat menyentuh jiwa.
Film ini banyak mengandung simbol dan salah satunya digambarkan dengan kenangan dan istilah yang dalam bahasa Inggris disebutkan sebagai "Half Firework" atau setengah kembang api. Istilah ini mungkin dimaksudkan sebagai suatu perkembangan kenangan yang kompleks yang ada pada diri Yuriko sendiri.
Bagaimanapun juga, film ini telah menggambarkan kesabaran dan kegigihan Izumi harus merawat dan menghadapi ibunya yang menderita dimensia, sementara Izumi sendiri mengalami masa kecil yang kurang menyenangkan dan harus menghadapi kenangan ditinggal oleh ibunya sejak kecil karena alasan yang hingga di dewasa masih menjadi teka-teki.
Rahasia apa yang sebenarnya ada di antara hubungan ibu anak yang penuh dengan kenangan. Kenangan yang sesungguhnya hingga akhir cerita masih terselubung dengan hilangnya memori yang diderita Yuriko dan sulitnya Izumi memaafkan Yuriko.
Sebuah drama yang mengharukan dan hadir memperkaya keberagaman dalam festivak World Cinema Week 2022 yang baru saja berakhir.