Para pembaca mungkin ada yang pernah berkunjung ke Hollywood dan menyaksikan sebuah jalan dengan kaki lima berisi tapak tangan para artis dan bintang film terkenal. Selain itu di Hong Kong, tepatnya di tepian pantai di Tsim Sha Tsui East juga ada kawasan serupa yang mirip dengan di Hollywood, bahkan ada patung Bruce Lee di sana.
Sementara di Moskwa, di ibukota Rusia yang dulunya ibu kota Soviet, juga ada sebuah monumen yang memberikan penghargaan buat para pahlawan yang pernah menjelajah ruang angkasa di dekat stasiun metro VdnKh lengkap dengan tugunya yang menjulang tinggi.
Namun dalam perjalanan ke Dunedin, salah satu kota yang lumayan besar dan ramai yang terletak paling selatan di bumi ini, saya bertemu dengan kawasan di mana yang mendapat kehormatan adlah para pejuang literasi alias para penulis dan sastrawan. Yuk kita ikuti kisahnya.
Dari Dunedin Railway Station di kawasan Anzac Square, anjangsana di Dunedin berlanjut mengunjungi kawasan Octagon di pusat kota. Sekilas suasana pusat kota Dunedin mirip dengan beberapa kota besar di Selandia Baru seperti Christchurch. Tapi Dunedin sendiri sebenarnya lebih mirip dengan Welllington, ibukota negeri ini, sementara Auckland mungkin lebih kosmopolitan dan ramai.
Jalan yang lumayan ramai lalu lintasnya, namun tidak pernah sampai macet. Perkantoran, hotel, dan bangunan bertingkat yang kebanyakan bertingkat empat atau lima dab bahkan yang tertinggi mungkin sekitar Sembilan atau sepuluh lantai. Jarang ada gedung pencakar langit di South Island ini. Sesekali tampak kendaraan umum berupa bus yang dikenal dengan nama Orbus.
Kami juga melewati Dunedin City Council Civic Centre yang merupakan kantor pemerintahan yang melayani berbagai keperluan warga kota. Kantor ini tampak lumayan megah, lokasinya di George Street hanya beberapa puluh meter dari Oktagon, yang berbentuk segi delapan dan merupakan salah satu kawasan yang menjadi pusat kota Dunedin. Mungkin mirip kawasan Bundaran HI di Jakarta dalam ukuran yang lebih mini.
Saya turun di Oktagon yang merupakan bundaran atau segi delapan yang merupakan plaza atau lapangan yang lumayan cantik dan dikeliling bangunan serta beberapa monumen yang menarik. Sementara teman saya melanjutkan perjalanan untuk mencari tempat parkir. Taman yang indah dengan rumput hijau dan bunga warna-warni menyambut saya. Sejenak hati menjadi nyaman dan tenang berada di kawasan ini.
Salah satu gedung yang lumayan menonjol di sekitar Octagon adalah sebuah gereja yang cantik. Melihat bentuk arsitekturnya, diperkitakan sudah berusia cukup tua. Saya kemudian mendekat untuk mencari informasi lebih rinci mengani gereja ini. Ternyata bernama St.Paul Cathedral dan dari kejauhan dua menaranya yang menjulang tinggi sudah terlihat jelas. Dari dekat, banyak ornamen dan patung di dinding gereja yang juga dihiasi kaca patri bergambar orang-orang suci. Konon gereja ini sudah ada sejak abad ke XIX walau bangunan yang megah sekarang ini berasal dari awal abad ke XX.