Kalau beberapa minggu lalu, saya sempat main ke PIK Pantjoran di siang menjelang senja, maka kunjungan kedua ini dilakukan kala mentari sudah terbenam, setelah mampir ke Pasar Ikan Modern di Muara Baru.
Kebetulan kala malam itu suasana lumayan ramai karena di akhir pekan sehingga tempat parkir lumayan penuh. Ada sedikit perubahan di tempat parkir yang sekarang sudah memakai mesin otomatis mengambil tiket. Namun ternyata masih gratis karena ketika kami keluar tidak usah membayar.
Di seberang kawasan Pantjoran PIK ada tugu atau monumen yang malam itu diterangi lampu dengan nuansa merah putih, maklum suasana HUT kemerdekaan masih mendominasi.
Memasuki kawasan dari pintu belakang, Suasana masih sama seperti di waktu siang kecuali pengunjungnya jauh lebih banyak. Kami langsung menuju kawasan di dekat gerbang utama dimana banyak terdapat meja dan kursi untuk duduk sambil menikmati berbagai jenis makanan.
Di pojok kawasan ada sebuah bangunan yang cantik dengan atap khas Tionghoa dan lampu-lampu warna-warni yang menerangi. Pada dindingnya ada sebuah mural yang juga terang benderang dengan tema kembang gula. Berbagai jenis permen ada di gambar mural yang berjudul tiga huruf Hanzi Tang Guo Dian yang berarti Toko Kembang Gula.
Saya sempat mencicipi Kopi Es Taki, baik kopi hitam maupun kopi susu. Selain itu ada beberapa potong cakue yang dibeli di lorong sebelah luar juga sempat dicoba. Semuanya lumayan lezat dan enak dinikmati malam itu bersama kerabat dan sanak saudara.
Namun yang menjadikan suasana di PIK Pantjoran ini sangat khas adalah terdengarnya lagu-lagu yang kebanyakan berbahasa Mandarin. Mula-mula saya mengira kalau lagu-lagi itu berasal dari rekaman atau CD yang diputar.
Baru kemudian ketika lagi selesai ada suara pembawa acara, tepuk tangan dam ucapan terima kasih kepada penyanyi serta nama penyanyi dan judul lagu yang akan dibawakan.