Pagi itu saya bersiap-siap berangkat dari rumah di Bekasi sekitar pukul 8 pagi. Ketika ditanya mau ke mana, saya jawab singkat mau ketemu teman-teman lama di Perpustakaan Nasional di Monas dalam acara Kopdar Kompasiana bersama Pak Tjiptadinata Effendi dan Ibu Rose sekaligus acara Ulang Tahun YPTD (Yayasan Pusaka Thamrin Dahlan) yang kedua.
Tiba di halaman perpustakaan nasional, saya langsung bertemu dengan sobat lama, Pak Sutiono Gunadi yang aktif baik di Kompasiana sebagai anggota Koteka dan Komik, juga sebagai penulis di YPTD. Kami antre untuk masuk setelah memindai aplikasi peduli lindungi. Bersama kami kemudian naik eskalator ke lantai empat.
Di tempat registrasi, kami berjumpa dengan teman-teman YPTD sebagai tuan rumah acara ini. Ada Mbak Muthiah Alhasany, Mbak Sukma Tom dll yang memberikan kantong warna merah berisi snack, minuman dan juga buku catatan serta buku kecil profil YPTD. Dengan teman-teman YTPTD ini saya termasuk sering berjumpa walau di masa pandemi. Dengan Mbak Muthiah sendiri baru beberapa hari lalu sama-sama ikut acara Koteka Trip di Kota Tua Jakarta. Kalau bersama Mbak Muthiah, saya selalu terkenang akan Turki karena sering berdiskusi bersama dan bahkan pernah menulis sebuah buku bersama berjudul Jelajah Asyik ke Turki yang diterbitkan oleh YPTD.
Memasuki ruangan serba guna, saya langsung menuju ke kursi paling depan untuk bertemu dengan legenda hidup Kompasiana, Pak Tjiptadinata Effendi dan istri, Ibu Roselina. Beliau berdua menyambut dengan ramah. Sebenarnya kami juga baru berjumpa di Caf Batavia di Kota Tua empat hari yang lalu bersama teman-teman Koteka Trip dan termasuk Mbak Gaganawati Stegman yang datang dari Jerman.
Sosok Pak Tjip dan Ibu selalu membuat saya kagum dan hormat setiap kali berjumpa. Melihat mereka berdua yang selalu bersama dan rukun hingga usia yang mendekati Oktuagenarian (Delapan puluh tahunan) pasti mengundang rasa yang sama bagi semua yang mengenal pasangan ini. Sudah banyak pujian dilantunkan, buat saya mereka adalah sosok bapak dan ibu bagi kami semua di Kompasiana. Sosok yang selalu mengayomi, memberi inspirasi, semangat, dan juga selalu bersedia berbagi. Dan yang paling penting juga bersama beliau saya selalu merasa bersemangat dan awet muda. Bagi Pak Tjip dan Bunda Rose, usia bukan halangan untuk terus berbagi kepada siapa saja.
Di deretan kursi depan ini juga, ada Mbak Christie Damayanti. Ini adalah sosok yang selalu membuat saya kagum. Semangat juangnya memberikan inspirasi dan melalaui ribuan artikelnya dari berbagai pelosok dunia memberikan saya cakrawala nun membentang luas. Dunia itu indah dan harus kita kuak untuk melihat dan menikmatinya, walaupun banyak kendala menghambat , namun dengan keteguhan dan kemantapan jiwa semuanya dapat diraih. Sudah lama saya tidak berjumpa tatap muka dengan Mbak Christie, sehingga pada awalnya dia sempat tidak mengenal saya yang bersembunyi di balik masker warna hitam. Namun baru ketika saya membuka masker, dia langsung mengenali sambil mengingat-ingat saat-saat kami pernah bertemu terakhir kali. Sebuah foto selfie pun langsung dibuat untuk mengabadikan momen ini. Bertemu dengan bak Christie pun selalu membuat saya merasa bersemangat dan awet muda.
"Sama-sama World Traveller," demikian komentar mbak Christie mengingat kebanyakan tulisan kami berdua memang tentang kisah dan pengalaman mengembara ke banyak tempat dan negara.