Sudah lama sebenarnya saya ingin beranjangsana ke Rangkasbitung dengan tujuan utama mampir ke Museum Multatuli yang didirikan sejak 2018 lalu. Kunjungan terakhir saya ke Rangkas adalah sekitar tahun 2016 atau 2017.
Dari jalan tol Tangerang Merak, kendaraan belok ke kiri di sekitar Km 62 mengikuti arah Rangkasbitung-Tanjung lesung melalui jalan tol yang baru tahun 2021 lalu diresmikan. Asyiknya, jalan tol ini masih sepi kendaraan sehingga dapat melaju lancar menuju Rangkasbitung.
Lokasi museum yang ada tepat di depan alun-alun memang sangat strategis. Tempat parkir juga tersedia luas di depan alun-alun.
"Museum Multatuli," demikian deretan huruf-huruf besar yang ada di depan bangunan yang tampak manis berhias pendopo. Di sebelahnya ada bangunan yang merupakan perpustakaan Saijah dan Adinda.
Nama Saijah dan Adinda mengingatkan saya akan tokoh-tokoh yang diceritakan dalam buku Max Havelaar, karangan Multatuli.
Di pendopo, kami hanya mengisi buku tamu dan tidak dipungut biaya sama sekali. Pengunjung juga diberi dua buah leaflet yang menjelaskan sekilas tentang Multatuli dan museumnya.
Gambar Multatuli berbentuk mozaik kaca menyambut di ruang pertama museum. Selain itu ada juga sebuah maket museum dan tulisan; Tugas Manusia adalah Menjadi Manusia.
Di ruangan berikutnya, dipamerkan replika kapal-kapal VOC yang digunakan Belanda zaman dulu dan penjelasan mengenai komoditas rempah-rempah seperti pala, kayumanis, cengkeh dan lada. Di sini, pengunjung dapat mempelajari kembali sejarah masuknya Belanda ke Nusantara dalam rangka mencari rempah-rempah.