Ini adalah sebuah kisah lama dan pengalaman yang sulit saya lupakan. Pengalaman pertama kali pergi ke tanah suci di akhir abad ke XX lalu. Tepatnya di tahun 1999-2000.
Kalau itu saya pergi umroh bersama keluarga yaitu istri dan dua anak yang berusia 9 dan 6 tahun serta teman kantor dan anaknya yang berusia sama dengan anak saya yang besar. Singkatnya kami dua keluarga dengan total 6 orang bepergian bersama.
Perjalanan dimulai di bandara Soekarno Hatta dan kemudian naik pesawat Garuda Indonesia langsung menuju Jeddah. Kami pergi hanya berenam dan nanti di Jeddah sudah akan ada yang menjemput, yaitu yang mengatur perjalanan umroh sekaligus pembimbing ibadah merangkap pemandu wisata selama di Jeddah, Mekah dan juga Madinah.
Penerbangan selama sekitar 9 jam Jakarta Jeddah berlangsung lancar. Dan bahkan ketika turun dari pesawat, kami yang akan beribadah umroh diperintahkan untuk turun lebih dahulu dibandingkan para pekerja Indonesia. Demikian pramugari mengumumkan. Kami kemudian antre di imigrasi dan dengan lancar bisa masuk ke Arab Saudi. Karena kami berangkat siang hari waktu Jakarta, pesawat mendarat di Jeddah sore menjelang malam waktu Arab Saudi.
Dari Jeddah, walaupun sudah cukup Lelah, namun perjalanan dilangsungkan dengan naik kendaraan menuju ke Madinah. Perjalanan di malam hari lumayan jauh namun lancar dan baru sekitar tengah malam lebih kami tiba di Madinah. Pemandu kami kebetulan orang Indonesia yang menjadi mukimin dan juga mahasiswa di Arab Saudi.
"Perjalanan umroh bukanlah perjalanan wisata biasa, karena itu kita harus lebih siap baik secara fisik maupun mental dan harus diniatkan untuk ibadah," demikian pesan nya ketika memulai perjalanan dari Jeddah ke Madinah.
Di Madinah, selain beribadah di Masjid Nabawi, kami mengunjungi banyak tempat yang popular bagi kemaah haji dan umroh. Tentu saja salah satunya adalah ziarah ke Makam Nabi dab sahabatnya. Selain itu kami juga mampir ke pemakaman Baqi, Ke Jabal Uhud, dan juga dan Masjid Quba. Dan yang juga sangat berkesan adalah Masjid Qiblatain atau Masjid dua Qiblat. Tentu saja tidak lupa mampir ke salah satu kebun kurma untuk membeli oleh-oleh.
Setelah beberapa hari di Madinah, perjalanan dilanjutkan ke Mekah uang merupakan pusat ibadah umroh. Di sini kami melakukan beberapa kali umrah termasuk di dalamnya tawaf dan sya. Tetapi selain itu tentunya menyempatkan juga berziarah ke beberapa tempat yang penting seperti Jabal Nur, Jabal Rahmah dan tempat ibadah haji di Arafah dan Mina. Kami melihat tenda-tenda dan tempat melempar jumroh yang kosong karena memang tidak digunakan selain di musim haji.
Namun yang sangat berkesan dari Mekah adalah tempat berbelanja yang sangat popular di kala itu. Yaitu Pasar Seng. Pasar Seng ini letaknya tidak jauh dari Masjidil Haram dan kebetulan juga tidak jauh dari penginapan kami selama di Mekah. Di samping beberapa sajadah dan juga pajangan kaligrafi, saya sempatkan membeli sebuah ghamis warna putih seharga 25 Riyal. Ghamis ini sempat saya pakai selama di Mekah walau sebenarnya merasa sedikit canggung.