Virus Korona semakin merajalela di Indonesia. Diawali dengan 2 kasus pada awal Maret kini sudah sekitar 600 orang positif dengan jumlah dan persentasi korban meninggal tertinggi di Asia Tenggara.
Karena itu tidak mengherankan kalau pandemi korona ini setiap hari menjadi momok bagi setiap orang.
Sekolah dan kampus sudah menghentikan kegiatan belajar tatap muka. Kantor pemerintah dan swasta mengimplementasikan kerja dari rumah dan banyak tokoh politik bahkan sudah menyerukan agar Indonesia lockedown.
Ekonomi pun mulai susah, mal sepi, tempat hiburan tutup, semua tempat wisata ditutup serta nilai rupiah semakin loyo.
Beberapa hari lalu saya sempat mampir ke sebuah rumah sakit swasta untuk fisioterapi.
Suasana rumah sakit sedikit lebih sepi siang itu sehingga tidak banyak pasien.
Sementara alat fisioterapi bekerja, suster meninggalkan saya sendiri dan dia bercakap-cakap dengan temannya sesama perawat.
Rupanya perawat muda ini mengutarakan isi hatinya berupa rasa khawatir terjangkit virus korona
Dia mengatakan bahwa sudah ada dokter dan perawat di rumah sakit lain yang terjangkit virus dan bahkan sudah ada yang meninggal.
Selain itu perawat ini juga ingin sekali pulang kampung di luar Jawa karena kebetulan hidup merantau di Jakarta.
'Kalau kena korona, siapa yang peduli,' katanya lagi kepada temannya,