Icheriseher atau kota tua Baku menjadi tujuan utama kami dalam jalan-jalan di hari pertama di ibukota Azerbaijan, negri nan cantik eks Soviet yang letaknya di tepi Laut Kaspia.
Berwisata di kota tua ini, kita bagaikan memasuki lorong waktu kembali ke masa lampau. Banyak tempat yang menarik yang sudah dijkunjungi sejak pagi hingga siang hari termasuk Shirvansyah Saray Alias Istana Shirvansyah yang masih memancarkan kemegahan masa lalu Azerbaijan,
Matahari mulai agak condong ke barat, dan tiba waktunya untuk mencari masjid. Berdasarkan peta di gadjet, ada beberapa masjid atau mescidi di kawasan kota tua Baku.
Saya sempat mengikuti petunjuk jalan ketika melewati jalan kecil bernama Ilyas Efendiyev Kudesi dimana ada arah menuju ke Muhammed Mosque atau Mehemed mescidi.
Namun ketika mengikuti jalannya kita sampai ke sebuah masjid tua yang pintunya tertutup dan tampak sepi.
"Mohammed Mosque and Minaret, 1078-1079, Acrchitectural Monument of Universal Value Protected by the Sate", demikian terpampang pada sebuah plakat yng terpampang di dekat pintu kayu berukir itu. Menaranya yang tampak menjulang mengisyaratkan kemegahan sekaligus keangkuhan.
Akhirnya kita terus berjalan sampai akhirnya bertemu dengan petunjuk jalan menuju ke Cuma Mescidi alias Juma Mosque atau Masjid Jumat.
Dari kejauhan sudah tampak menara tunggal masjid yang lumayan luas cantik walau tampak tidak terlalu besar.. Di sekeliling pagar tembok masjid, ada beberapa kendaraan yang parkir dengan rapih.
Di dekat pintu masuk ada sebuah plakat yang tertulis dalam Bahasa Azerbaijan yang menjelaskan sekilas sejarah pembangunan masjid yang sekarang ini, yaitu dibangun atas sumbangan seorang saudagar bernama Haji Seikhali Aga Dadasov pada 1899.
Saya kemudian memasuki pintu gerbang untuk masuk ke halaman masjid, Di sebelah kanan ada terdapat tempat wuduh yang lumayan cantik. Suasana masjid lumayan ramai di siang menjelang sore itu.
Namun untuk tempat sholat wanita terdapat di ruang belakang dan melalui pintu lain di samping masjid di dekat menara.