"Nama saya Sandro", demikian pengemudi kendaraan rental yang akan menemani perjalanan siang hingga malam dari Silangit ke Prapat dengan singgah di berbagai tempat wisata di kawasan sebelah selatan Danau Toba itu memperkenalkan diri.
Usianya masih muda , sekitar 25 tahun dan Ia juga kemudian mengaku masih bujangan dan bermarga Siahaan.
Kendaraan kami meninggalkan bandara Raja Sisingamangaraja XII di Silangit dan segera melaju mulus di jalan raya Muara Silangit.
Jalan raya yang tidak terlalu lebar itu lumayan mulus namun sangat terasa sepi lalu lintas dengan pemandangan kawasan pedesaan yang asri.
Pemandangan yang unik adalah banyak makam yang relatif mewah dan megah di halaman rumah .
"Geosite Huta Ginjang, Toba Caldera Geopark 1,5 km" demikian sebuah petunjuk jalan ada di sebelah kiri segala kendaraan berjalan sekitar 15 menit dari bandara.
Mobil pun mulai mendaki jalan yang lebih kecil terus menuju ke Huta Ginjang.
"Huta bisa berarti Kampung atau desa dan Ginjang berarti Tinggi", demikian sekilas paparan Sandro ketika kendaraan tiba di tempat parkir kawasan Huta Ginjang ini.
Tempatnya lumayan tertata rapih dan pada saat itu hanya ada beberapa wisatawan lain yang sedang berfoto ria.
Dari “ Kampung Tinggi” ini kita bisa melihat danau Toba nan cantik jauh di bawah sana . Dengan air nya yang tenang dan lekukan garis pantai , bukit dan kampung di sekeliling danau. Mirip laut yang indah , namun sayang pemandangan menawan ini sedikit tertutup asap yang menggantung .
Asap ini sendiri sudah hadir di kawasan danau terbawa angin dari Riau dalam beberapa hari terakhir .