Lihat ke Halaman Asli

Taufik Uieks

TERVERIFIKASI

Dosen , penulis buku travelling dan suka jalan-jalan kemana saja,

Christchurch, Bang Lilik, dan Pepatah "Man Proposes, God Disposes"

Diperbarui: 17 Maret 2019   08:03

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dok. Pribadi

Setelah sehari menunggu dengan harap-harap cemas, akhirnya berita meninggalnya sobat saya, salah seorang korban teror penembakan di Masjid An-nur, Christchurh menjadi pasti. Namanya masuk dalam daftar yang meninggal. Secara tidak sadar air mata nan hangat menetes mengalir di pipi.

Dari sekian banyak peristiwa teror, baik yang terjadi di tanah air maupun di mancanegara, peristiwa di Christchurch ini memang sangat menyentuh hati. Benar-benar di luar dugaan.

Selandia baru selama ini terkenal sebagai negeri yang aman, damai, makmur, indah, serta toleran. Dari sekian banyak negara maju yang telah saya kunjungi, Selandia Baru memang banyak meninggalkan kesan yang membuat kita selalu ingin kembali ke sana.

Sebuah negara di mana lebih banyak domba dan sapi dibanding manusia, namun rakyatnya tetap ramah terhadap wisatawan dan pendatang. Kesan pertama ini didapat ketika sempat mampir ke sini lebih 30 tahun lalu.

Perkenalan saya pertama kali dengan Masjid An-nur yang beralamat di 101 Deans Avenue terjadi sekitar 7 tahun lalu. Juga tepat di bulan Maret.

Setibanya di Christchurch setelah beberapa hari di Wellington, saya langsung dijemput sobat saya, sebut saja Bang Lilik yang memang tinggal di Christchurch. Beliau sendiri sudah cukup lama tinggal dan bekerja di negeri Kiwi ini.

Kedatangan saya kebetulan hari Jumat sehingga dari bandara, kami mampir sebentar untuk makan siang di pusat kota Christchurch yang sebagian masih luluh lantak akibat gempa besar pada 2011.

Selesai makan, kami segera menuju Deans Avenue yang berada di dekat Hagley Park, salah satu taman paling luas di Christchurch yang mendapat julukan Garden City. Di sinilah terdapat Masjid An-nur yang pada 15 Maret 2019 lalu menjadi saksi bisu peristiwa teror yang mencabik-cabik rasa kemanusiaan. Peristiwa yang merengut Bang Lilik dari keluarga dan sahabat untuk selamanya.

Dok. Pribadi

Sebagaimana di negara-negara di mana Islam menjadi minoritas, masjid menjadi tempat berkumpul bagi ummat Islam untuk saling melepas rindu dan bersilaturrahim. Maka waktu setelah sholat Jumat dijadikan ajang bercakap-cakap dan melepas rindu. Sebagian bahkan berjualan makanan khas dari negara asal masing-masing

 Di masjid ini suasana internasional sangat terasa. Jamaahnya banyak yang berasal dari Afrika, India dan Pakistan, Timur Tengah, dan juga sebagian dari Indonesia dan dari Selandia baru sendiri. Sebagaian besar tentunya sudah lama tinggal di Christchurch dan menjadi warga negara Selandia Baru.

Pada kesempatan pertama di tahun 2012, saya sempat berkenalan dengan beberapa orang Indonesia, dan juga Singapura, termasuk beberapa bule yang lancar berbahasa Indonesia karena beristrikan orang Indonesia.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline