Setelah makan siang di Situs Prasasti Ciaruteun, rombongan Sahabat Museum yang dipimpin Kapten Adep boleh sejenak beristirahat dan sholat di Masjid yang tidak jauh dari Prasasti Kebon Kopi 1. Perjalanan kemudian dilanjutkan ke destinasi berikut, yaitu Situs Batu Dakon yang letaknya tepat di belakang masjid.
Masuk melalui gang kecil di sebelah masjid, sampailah kita di lokasi pemakaman warga yang tidak terlalu luas, dan beberapa makam juga ada di lokasi ini, walau tampak tidak beraturan.
Sebuah cungkup kecil yang sederhana menjadi penanda situs ini. Kembali sebuah papan biru bertuliskan informasi singkat mengenai batu dakon. Pada papan itu tertlulis bahwa "situs ini berada pada lahan 7x6 meter. Terdapat dua batu yang berjajar dari timur ke barat berjarak 1 meter. Pada permukaan batu dakon tersebut masing-masing terdapat 8-10 lubang. Di sebelah selatan batu dakon terdapat dua menhir yang berjajar timur-barat berjarak 1 meter."
Rombongan segera mengeliling cungkup dan Pak Dwi kembali beraksi dengan kisah-kisahnya yang menarik. "Keberadaan Batu Dakon di kawasan ini merupakan bukti bahwa budaya megalitikum sangat dominan dan telah ada sebelum pengaruh Hindhu mulai masuk", tukasnya membuka cerita.
Ketika melihat dua buah menhir yang ditata bagaikan nisan, Pak Dwi juga kembali bercerita dengan sangat bersemangat. "Menhir yang membentuk lengkungan ini merupakan ciri menhir dari Sumatra Barat, seperti yang banyak terdapat di sekitar Kabupaten Lima puluh Kota". "Pada umumnya Menhir di Jawa berbentuk bulat dan tegak", tukasnya lagi sambil menunjuk ke menhir yang satu lagi.
Sedangkan batu dakonnya sendiri memang berbentuk mirip dengan dakon atau congklak, yang merupakan permainan tradisional anak-anak.Terdapat dua buah batu dakon. Batu dakon pertama bentuknya tidak beraturan dan kasar dengan banyak lubang berukuran besar kecil. Sedangkan batu dakon yang kedua bentuknya lebih teratur dan halus serta terbuat dari batu hitam yang teksturnya terlihat lebih baik.
"Ada dua kemungkinan penamaan batu berlubang", tambah pak Dwi lagi. Dijelaskan bahwa kalau hanya berlubang satu biasanya dinamakan lumpang serta kalau banyak lubang barulah disebut batu dakon. Kemudian pertanyaannya. Apakah tujuan dan kegunaan batu dakon tersebut. ? Salah satu kegunaannya adalah dipakai dalam upacara ritual sebagai altar persembahan.
Diskusi dengan Pak Dwi terus berlanjut. Hingga sampai waktunya kita harus meninggalkan situs ini sambil melirik sebentar ke deretan makam-makam kampung yang ada di belakang masjid ini. Tujuan selanjutnya prasasti Pasir Muara yang ada di tempur atau pertemuan beberapa sungai. Yuk tunggu kisahnya. Masih bersama Sahabat Museum dan Arkeoloh Dwi Cahyono.
Selamat tinggal menhir yang kesasar.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H