Lihat ke Halaman Asli

Taufik Uieks

TERVERIFIKASI

Dosen , penulis buku travelling dan suka jalan-jalan kemana saja,

Kisah Pohon Jawa di Jalan Tua Okinawa

Diperbarui: 10 Juni 2017   12:11

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dok.pribadi

Jalan di depan Pintu gerbang mausoleum Tama-u-dun, yang merupakan makam raja-raja dinasti Sho kedua dari kerajaan Ryukyu ,  sekilas terlihat  sepi di siang menjelang sore yang lumayan cerah di bagian timur kota Naha.  Dari sini kaki melangkah menyusuri  lorong kecil yang mendaki mengitari kompleks Tama-u-dun.

Dok.pribadi

Pemandangan kota Naha tampak di kejauhan, sementara rumah-rumah yang letaknya lebih rendah dari jalan membuat mobil- mobil bisa di parkir di atas gedung.  Kami terus berjalan, hingga sampai di sebuah gang kecil dengan petunjuk arah yang bertuliskan “Kinjo Cho Stone Pavement”.

Dok.pribadi

Memasuki gang kecil ini, terdapat lagi papan nama dalam aksara Kanji.  Yang tertulis antara lain angka 500 dan huruf yang berarti tahun.   Tidak salah lagi inilah dia jalan kuno yang telah berusia ratusan tahun.  Jalan berbatu yang menurun dan bila ditelusuri akan memberikan kita kejutan-kejutan yang mengasyikan.

Dok.pribadi

Jalan atau lebih tepat gang ini memang terbuat dari batu, dan bahkan kedua sisi  dindingnya juga terbuat dari batu tua yang  sama seperti batu yang ada di Tama-u-dun.   Menurut sejarahnya jalan tua in dibangun pada 1522 dan menghubungkan kompleks Shuri Castle sampai ke Shikina-en Garden, kompleks kebun tempat utusan dari Tiongkok tinggal di Okinawa.

Dok.pribadi

Berjalan di gang yang sepi ini, kita seakan-akan kembali ke masa lampau.  Tenang dan penuh misteri.  Di tepian jalan ada sebuah prasasti dalam Bahasa Jepang dengan terjemahan Inggris yang menunjukan jalan baik ke Shuri Kinjo Giant Bishop Wood maupun ke Uchikanagusuku Taki.

Dok.pribadi

Tujuan pertama adalah Shuri Kinjo Giant Bishop Wood yang merupakan pohon tua yang juga telah berusia ratusan tahun.  Di dekat pohon ada sebuah prasasti yang menjelaskan bahwa di kawasan ini ada 6 batang pohon tua bernama Akagi atau Bishop Wood dengan nama Latin  Bischofia Javanica Bl. Selaiin itu ada juga tempat kecil semacam pemujaan dimana terdapat sisa-sisa dupa yang masih menyala.

Dok.pribadi

Pohon Akagi memang sangat besar dan juga tingginya bisa mencapai 20 meter dengan cabang dan dedaunan yang rindang. Konon pohon ini sudah berusia ratusan tahun dan bisa melewati masa-masa sulit selama perang dunia kedua yang sangat sengit di Okinawa.  Sementara beberapa pohon yang tumbuh di sekitar istana Shuri ternyata rusak dan mati .  Saat ini, hanya di kawasan iniah di Okinawa kita dapat menjumpai pohon Akagi yang bahkan namanya menunjukan bahwa pohon ini juga ada di pulau Jawa dan terkenal dengan nama lokal Gadog atau Gintung.

Perjalanan di jalan gang berbatu diteruskan menuju Uchikanagusuku Taki yang ternyata merupakan tempat suci . Di dekatnya ada sebuah prasasti yang menjelaskan secara singkat mengenai tempat ini. Tertulis kalau di tempat suci ini terdapat beberapa dewa yang bernama  Kaneno Oise dan Mojorukiyono-Ohkane di sebelah timur dan Ibetsukas –Oseji di sebelah barat.  

Masih dari prasasti itu juga diketahui bahwa kebiasaan membuat  Onimochi (Sejenis kue Mochi khas Jepang) yang dibungkus daun wangi pada seyiap tanggal 8 bulan ke duabelas menurut kalender bulan di Okinawa berasal dari tempat pemujaan yang dianggaps suci ini.

Matahari mulai sedikit condong ke barat ketika kami menapak kembali jalan berusia ratusan tahun ini untuk kemudian kembali ke Okinawa masa kini.  Naik taksi ke Stasiun Monorail Gibo dan kemudain kembali ke pusat kota Naha dengan membawa kenangan akan pohon Jawa yang terdampar di Okinawa. 




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline