Lihat ke Halaman Asli

Taufik Uieks

TERVERIFIKASI

Dosen , penulis buku travelling dan suka jalan-jalan kemana saja,

Jalinan Benci dan Cinta di Tama-u-dun: Makam Raja-raja Okinawa

Diperbarui: 1 Juni 2017   08:20

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Foto: dokumentasi pribadi.

Matahari kota Naha kian bersinar cerah,  kami meninggalkan istana Shurijo melalui pintu yang bernama Shurei Mon yang artinya Gerbang Kesopanan.    DI depan gerbang ini kembali saya berjumpa dengan rombongan turis dari Cina yang sedang asyik berfotoria.     Sebuah prassti menjelaskan sejarah singkat gerbang yang pada mulanya menjadi gerbang ke dua Shurijo dan dibangun pada masa pemerintahan Raja Sho Shei  (1527-1555).

Foto: dokumentasi pribadi.

“Tama-u-dun was built in 1501 to re-entomb the remains of father king Sho en by King Sho Shin and has become the Royal Mausoleum of the Second Sho Dynasty. “ sebuah parasasti dalam Bahasa Inggris Jepang dan Cina.   Prasasti ini dicapai setelah sekitar lima menit berjalan kaki dari  pintu gerbang Shurei Mon tadi.

Foto: dokumentasi pribadi.

Di dekat tempat membeli tiket terdapat juga prasasti yang menjelaskan bahwa mausoleum raja-raja dinasti Sho kedua dari Kerajaan Ryukyu ini bersama dengan monumen-monumen lainnya di Okinawa telah terdaftar sebagai Warisan Dunia Unesco.

Foto: dokumentasi pribadi.

Harga tiket untuk masuk ke museum ini sebenarnya 300 Yen, namun dengan menunjukan tiket monorail kita dapat diskon 20% sehingga cukup membayar 240 Yen saja.  Sebelum berziarah ke tempat pemakaman, disempatkan sejenak masuk ke museum kecil yang ada di bawah loket. Di museum ini dipamerkan benda-benda peralatan pemakaman seperti guci dari  dan juga foto-foto lama mausoleum Tama-u-dun. 

Foto: dokumentasi pribadi.

Selesai dengan museum kecil, dimulailah ziarah   ke mausoleum raja-raja Ryukyu.  Suasana sangat sepi, hampir tidak ada orang lain di kompleks yang cukup luas ini. Jalan menuju ke mausoleum terlihat bagikan lorong waktu yang dikelilingi pepohonan nan rindang.  Sejuk , menantang, sekaligus penuh misteri. Apalagi bila melihat pohon-pohon tua dengan batang dan akar serta dedaunan yang menaungi jalan tadi.

Foto: dokumentasi pribadi.

Selesai menyusuri jalan “lorong waktu” ini, di sebelah kanan menghadap ke arah selatan terdapat tembok panjang mausoleum . Tembok batu berwarna gelap ini tingginya sekitar dua meter dan hanya ada sebuah pintu kecil di tengah-tengah. Ini adalah pintu menuju ke tempat dimana raja-raja kerajaan Ryukyu dimakamkan.

Setelah lewat pintu kecil itu, saya kembali terpana dengan sebuah halaman besar yang sepi dan beralaskan tanah berkerikil .   Rupanya kita baru sampai di beranda luar karena masih ada lagi sebuah pintu gerbang untuk masuk ke dalam mausoleum.

Foto: dokumentasi pribadi.

Memasuki pintu kedua,  kembali dihadapkan pada sebuah halaman yang luas beralaskan kerikil. Dan di sebelah timur atau kiri ada sebuah prasasti yang dinamakan “Jade Monument”.  Di prasasti ini terukir  nama raja-raja yang dimakamkan Tama-u-dun. Namun tercium  aroma cinta dan kebencian di monumen ini.

Untuk mengungkapnya sejenak kita napak tilas selayang pandanga kerajaan Ryukyu.  Sho En merupakan Raja pertama dari Dinast i Sho yang kedua . Pada  1477 Raja Sho En wafat dan digantikn oleh Sho Se ni.   Namun Sho Seni hanya berkuasa enam 6 bulan dan digantikan oleh Sho Shin yang waktu itu baru berusia 12 tahun.  Kemudian Raja Sho Sin inilah yang mampu membawa Kerajaan Ryukyu ke masa kejayaannya.

Foto: dokumentasi pribadi.

Pada monumen ini yang diukir  hanya lah nama-nama yang memiliki hubungan darah dengan ibu suri Ogiyaka yang dimulai dengan Raja Sho Shin.  Singkatnya semua yang dimakamkan di Tama-u-dun adalah raja-raja dari garis keturunan Ibu Suri Ogiyaka .

Foto: dokumentasi pribadi.

Ada tiga ruang utama di mausoleum ini. Ruang sebelah timur digunakan untuk menyimpan tulang belulang para raja dan ratu, sedangkan anggota keluarga kerajaan di letakkan di dalam ruang sebelah barat.  Dan ruang besar ditengah digunakan sebagai tempat menyimpan mayat sementara dan menjalankan rirual tradisional Ryukyu dimana kemudian tulang-tulang dibersihkan dan dimasukan ke dalam tempayan untuk kemudian disimpan di ruang timur atau barat sesuai posisinya.
Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline