Lihat ke Halaman Asli

Taufik Uieks

TERVERIFIKASI

Dosen , penulis buku travelling dan suka jalan-jalan kemana saja,

Tidak Ada China Town di Okinawa

Diperbarui: 28 Mei 2017   14:39

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Langit kota Naha di Sabtu pagi itu berawan dan hujan sesekali membasahi bumi, karenanya sebelum memulai jalan-jalan, kami sempat meminjam payung berwana merah tua di lobby hotel.  Tinggal ambil saja dan jangan lupa dikembalikan di sore nanti. 

img-8680-592a63f88723bd61108aac9a.png

Dari stasiun monorail Tsubogawa,  kereta melesat ke arah timur menuju stasiun terakhir di Shuri, lancar dan tanpa hambatan.   Dan sebagaimana umumnya di kota-kota di Jepang, naik angkutan umum terasa nyaman dengan orang-orang yang lebih banyak berdiam diri sambil membaca buku atau bermain gadjet.

Namun selepas stasiun Omoromachi, naik sermbongan turis dari Cina, jumlahnya cukup banyak lebih dari 10 orang.   Sekilas , tidak ada perbedaan dengan penduduk Naha yang orang Jepang, namun ketika mereka mulai berbicara maka gerbong monorail pun menjadi sedikit berisik. Dan kebrisikan ini terus harus dinikmati sampai stasiun terakhir di Shuri karena tujuan rombongan turis ini memang sama , yaitu Shurijo atau Shuri Castle , yang pernah menjadi pusat kerajaan Ryukyo selama hampir 4 abad sebelum dianeksasi oleh Jepang.

img-7847-592a64161eafbd68544a062e.png

Dari stasiun monorail, cukup banyak peta dan petunjuk jalan menuju Shurijo.  Dan ternyata lumayan jauh untuk berjalan kaki, masih sekitar 1 kilometer. Walaupun banyak taksi yang berderet antri, namun kami memilih untuk berjalan saja. Lumayan menghemat sambil berolahraga dan sekalian melihat lebih dekat kehidupan di pinggiran kota Naha ini.

Sebuah papan informasi dalam ukuran lumayan besar menceritakan tentang sejarah singkat Istana kerajaan Ryukyu ini.  Dikisahkan bahwa Istana ini terdiri dari dua bagian utama yaitu bagian dalam dan bagian luar yang dipisahkan dengan tembok.  Bagian dalam istana selesai dibangun pada awal abad ke 15 sedang kawasan luar baru selesai pada pertengahan abad ke 16.  Keseluruhan komplekas istana menghadap ke  barat dengan bangunan-bangunan utama bernama  Seiden , Nanden , dan Hokaden dibangun sepanjang sumbu timur-barat yang menjadi ciri khas Shurijo Catle ini.

img-7848-592a643d8723bd0a118aac9a.png

Dikisahkan juga bahwa raja Ryukyu terakhir dikucilkan pada musim semi 1879 ketika Okinawa dianeksasi oleh jepang dan dibentuklah Okinawa Prefecture.   Dengan demikian tamatlah riwayat Kerajaan Ryukyu,  Pada 1945, di akhir perang dunia kedua. Istana ini hancur lebur dalam peperangan sengit yang terkenal dengan nama “The Battle of Okinawa”.   Sempat menjadi lokasi kampus “Unversitas Ryukyu” akhirnya kompleks istana ini direstorasi dan kemudian didaftarkan sebagai warisan dunia sejak Desember 2000.

img-7851-592a64588e7e61e8558f5083.png

Sambil berjalan perlahan, mentari kian meninggi dan langit kota Naha berubah menjadi sangat cerah dengan dihiasi awan putih yang tipis berarak.  Di tepi jalan kami sempat mampir dan mencicipi es krim khas Okinawa,  dan rasa yang favorit adalah beni imo , berwarna ungu  dengan rasa ubi khas Okinawa.

img-7857-592a6474d592733009fca6c9.png

Setelah belok kiri perjalanan menuju istana yang ada diatas bukit mulai sedikit menanjak. Di sebelah kiri ada sebuah gedung tua yang dulunya merupakan “Kaizuribugyousho”   atau diterjemahkan sebagai “Mother of Pearl Magistrate Office”.  Semasa Kerajaan Ryukyu kantor ini berfungsi sebagai pengawas produksi  barang-barang “Lacquerware” , yaitu produk yang berpernis mengkilap dalam berbagai bentuk kerajinan. Produk ini biasanya diberikan sebagai hadiah kepada utusan dari Tiongkok. Maklum pada saat itu Kerajaan Ryukyus memiliki hubungan sangat erat dengan Tiongkok semasa Dinasti Ming dan Ching.  Kantor ini juga berfungsi sebagai pusat pelatihan para pengrajin barang  kerajinan tadi.

img-7864-592a64a6d57a612a1160088b.png

Di sebelah kanan jalan, berdiri megah  sebuah bangunan tua yang ternyata sekarang menjadi  “Okinawa Prefectural University of Arts” .   Sedangkan tidak jauh di depannya terdapat pintu gerbang sebuah kuil yang bernama  Enkakuji Temple.  Sayangnya yang tersisa sekarang hanyalah reruntuhannya karena kuil ini hancur rata dengan tanah pada saat PD II.  Hanya ada beberapa bagian yang kemudian sempat direkontruksi  termasuk pintu gerbang dan jembatan hojo kyo yang merupakan  salah satu contoh keindahan seni ukir batu dari Ryukyu.

img-7865-592a64c0d592733409fca6cd.png

Perjalanan terus menanjak hingga tiba di pintu gerbang KanKaimon  .  Sebuah pohon tua raksasa  bernama Akagi menjadi  saksi sejarah pilu perang di Okinawa. Pohon ini dulunya sangat lebat dan cabang-cabangnya saja mempunyai diameter sekitar satu meter sehingga demikian rimbunya. Namun  akibat perang pohon ini pun mati dan hanya tinggal batang utamanya saja. Sekarang dedaunan dari pohon jenis Akou mulai merambat di pohon ini.

img-7874-592a64ebd592734809fca6c9.png

Memasuki pintu gerbang Kankaimon, kita harus menaiki puluhan anak tangga lagi untuk kemudian sampai di halaman istana. Sebelumnya juga terdapat sebuah pintu gerbang yang sangat bersejarah yang bernama “Sonohyan-utaki Ishimon” atau  “Stone Gate of Sonohyan Shrine”.   Bangunan ini , serta kawasan di sekitarnya juga telah dimasukan daam warisan dunia Unesco pada Desember 2000.
Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline