Dari pusat kota Dublin yang ramai dengan kehidupan, pengembaraan di ibu kota Irlandia diteruskan dengan menuju sedikit ke pinggiran kota. Dublin Bus atau Bus Atha Cliath no 140 yang berwarna kuning biru melaju perlahan melewati kawasan Drumcondra dan tidak lama kemudian sampai di Finlglass Road dimana pintu gerbang Glasnevin Cemetery berada.
Ketika turun di halte, yang terlihat pertama kali adalah sebuah menara yang cukup tinggi dengan sebuah salib berada di puncaknya. Di dekatnya terlihat sebuah chapel atau gereja kecil yang cantik. Menyebrangi jalan menuju ke pintu gerbang pemakaman, di pagar besi yang berwarna hitam, terdapat spanduk bertulisakan “Glasnevin Cemetry 1916 Rising Centenary Exhibition”. Sebuah cuplikan suratkabar lama berisi himbauan kepada rakyat Irlandia untuk memperjuangkan kemerdekaannya juga ditampilkan pada spanduk raksasa tadi.
“Irishmen and Irishwomen. In the name of the God and the dead generation from which she receives her old tradition of nationhood. Ireland through us , summons her children to her flag and strikes to her freedom”, demikian alinea pertama yang terltulis pada cuplikan surat kabar tadi yang merupakan himbauan dari The Provisional Goverment of the Irish Republic to the people of Ireland.
Memasuki pintu gerbang, kita sampai di halaman depan kompleks pemakaman. Gereja kecil yang tadi terlihat dari jauh sekarang terpampang indah di depan mata. Pada fasad muka terdapat sebuah jam besar yang bulat dengan angka romawi sebagai penunjuk waktu. Dan dapat dilihat pada siang itu waktu menunjukan pukul 14. 20 waktu Irlandia. Wah kalau di jakarta sudah malam yah. Maklum ada 7 jam perbedaan waktu.
Berbelok ke kiri, saya mulai meniti satu persatu makam dan memorial yang terdapat di pemakaman terbesar di Irlandia yang menjadi tempat peristirahatan terakhir lebih dari satu setengah juta penduduk kota Dublin. Makam pertama berbentuk mausoleum yang megah dengan hiasan patung dewi yang cantik . Di depannya tertulis nama “Sigerson Memorial”
Sementara kalau diperhatikan lebih rinci, di sepanjang dindiing pagar juga banyak terdapat pusara berderet rapi dengan manis. Sebagia besar dihiasi dengan karangan bunga warna-warni yang baru saja ditinggalkan para penziarah. Sementar di sebelah kanan lorong jalan terdapat deretan mausoleum dengan bangunan berbagai bentuk yang megah. Namun sepinya lorong ini, menimbulkan sedikit suasana seram.
Saya kembali ke arah chapel. Di dekatnya ada sebuah gerai yang menjual karangan bunga dan sebuah keranda berhiasan karangan bunga. Keranda ini diletakan manis di atas kereta dengan rodanya yang besar. Toko bunga ini juga terlihat sepi walau di depannya berserakan karangan bungan beraneka warna. Di dekatnya ada sebuah tugu bersar berbentuk salib.
Ketika pandangan dilemparkan ke sekeliling, terlihat beberapa mausoleum yang megah dengan makam-makam berbentuk sarkofagus dan patung-patung yang indah sekaligus dingin dan melambagkan kesedihan.
Kembali ke chapel dan menara, ternyata ini didedikasikan untuk Daniel O’Connel, (1775-1847) orang yang sangat terkenal dalam sejarah Irlandia dan namanya diabadikan banyak sekali di kota Dublin baik menjadi nama jalan utama, jembatan, dan juga patung nya bertebaran di seantero kota Dublin.
Yang menarik dari O’Connel ini adalah kata-kata yang terpahat di makamnya “My heart to Rome, my body to Ireland, my soul to Heaven." Sementara menaranya yang menjulang tinggi sekitar 50 meter bebentuk bulat meruncing. Menurut cerita, jantung O’Connel memang dimakamkan di Roma sedangkan tubuhnya di Dublin.
Ternyata tangga menuju puncak menara ini rusak karena bom pada tahun 1971 sehingga menara yang dibangun pada 1855-1869 ini tidak bisa dinaiki selama lebih empat puluh tahun. Sekarang renovasi tangga hampir selesai dan tidak lama lagi pengunjung Glasnevin Cemetry akan bisa menikmati pemandangan indah dari puncak menara.