Selepas mengucapkan “Sampai Jumpa Lagi” buat Duta Indonesia di Resto Muslim di Macau , jalan-jalan di kota tua Macau berlanjut. Kembali menyusuri Rua de Cinco Outubro yang dipenuhi bangunan tua, umumnya ruko-ruko kecil yang menjual aneka macam barang. Salah satunya bertuliskan “loja de bolos”. Wah kosa kata bahasa Portugis saya belum sampai ke tingkat ini. Untungn
ya, tidak perlu buka kamus cukup mendekat saja. Ternyata yang dijual adalah kueh-kueh. Jadi ingat deh ada kosa kata Kueh Bolu. Apa ini berasal dari Bahasa Portugis Bolo?
Setelah berjalan sekitar 5 menit, belok kanan di Rua de Tarrafeiro yang sama sempitnya dan juga dipenuhi ruko tua. Kemudian jalan mulai menanjak dan kembali berganti nama menjadi Calcada de Botelho. Tak lama kemudian di sebelah kanan, terlihat menara sebuah gereja tua.
Di depan gereja ini terdapat sebuah lapangan kecil dengan air mancur bundar yang dihiasi beberapa miniatur pesawat terbang kecil. Pas di depan pintu gerbang tertulis namanya dalam Bahasa Cina, Portugis dan Inggris. Igreja Parquial de San Anotnio atau St Anthony Catholic Church.
Saya menaiki beberapa anak tangga untuk masuk ke halaman gereja yang cukup luas. Sebuah salib besar dari batu ada di pojok halaman. Tidak ada keterangan dan tulisan kecuali sebuah penanda tahun bertuliskan 1638. Mungkin ini adalah tahun didirikannya gereja tua ini.
Saya sejenak menyapukan pandangan ke seluruh fasad salah satu gereja paling tua di Macau ini. Berlantai dua dengan jendela-jendela besar baik di lantai dasar maupun atas. Di bagian atas dekat wuwungan terdapat patung pastor berjubah coklat tua yang sedang menggendong anak kecil. Mungkin ini patung Santo Antonio?
“Construida em 1638, Incendidada em 1809, Reconstruida em 1910. De novo incendiada em 1874, Reparada em 1875”, sebuah prasasati berbahasa Portugis terdapat di sudut kanan bawah bagian depan gereja. Tidak perlu menguasai bahasa Portugis untuk mengetahui artinya bahwa gereja ini dibangun pada 1638, terbakar pada 1809, dibangun kembali pada 1810, terbakar kembali pada 1874 dan kemudian diperbaiki pada 1875. Lebih asyik lagi ketika melihat sebuah pot di dekat prasasti ini. Pot ini berukir hiasan bergambar seekor naga. Naga ini yang mengingatkan bahwa kita berada di bagian nergri Tiongkok.
Terkejut, yah saya sedikit terkejut ketika melewati pintu utama gereja ini. Di dalamya terlihat seorang pastor memakai jubah putih panjang dengan tutup kepala juga berwarna putih. Sebuah kalung dengan hiasan salib ada di dadanya. Wajahnya tampak tenang dan tidak terlalu asing. Siapakah dia?
Masuk melalui pintu besar dari kayu berwana hijau yang terbuka lebar. Mendekati pastor tadi yang ternyata hanya sebuah gambar yang terlihat sangat mirip dengan aslinya. Dan saya baru ingat bahwa beliau adalah Paus Francis yang berasal dari Argentina dan berkedudukan di Vatican sana.
Terlanjur masuk ke pintu, saya sempat melihat-lihat papan pengumuman yang ada. Isinya dalam Bahasa Portugis dan Cina, antara lain jadwal misa natal berikut tanggal, jam, dan bahasa pengantar yang digunakan. Ternyata selain dalam Bahasa Cina dan Portugis, ada juga misa dalam Bahasa Korea yang diadakan pada jam 16.30.
Saya sempatkan mengintip sejenak ke dalam ruangan gereja, deretan kursi panjang berwarna coklat tua dan lampu-lampu gantung kristal mendominasi pandangan. Dinding gereja yang memiliki kombinasi warna putih dan kuning muda memberi ketenangan dan kekhusukan tersendiri. Suasana gereja sendiri sangat sepi, hanya seorang pastor yang ada di altar, dan beberapa orang saja yang duduk di kursi panjang. Dua buah pohon natal ada di sudut depan gereja.
Tidak mau mengganggu suasana misa, saya segera keluar dan kembali ke halaman. Melihat ke satu-satunya menara gereja yang berbentuk kubus berhiaskan jendela kecil dengan lonceng yang berwarna hijau. Menaranya tidak terlalu tinggi karena terlihat berdampingan dengan atap bangunan utama.
“A Torre e a fachada desta igreja foram renovadas em 1930 Sendo bispo de Macau D Jose da Costa Nunes Governador Artur Tamagnini de Sousa Barbosa”, kembali sebuah prasasti ada di bagian bawah menara. Artinya ira-kira menyatakan bahwa Menara dan fasad (tampak muka) gereja ini di renovasi pada 1930 pada masa Uskup D Jose da Costa Nunes dan Gubernur Artur Tamagnini de Sousa Barsbosa”.
Pengembaraan di halaman gereja berlanjut ke pojok yang lain. Di sini ada hiasan diorama yang menggambarkan suasana kelahiran Yesus di palungan. Sementara di dekatnya terdapat pintu masuk ke sebuah bangunan besar berlantai lima. Lebih mirip sebuah apartemen dan di atas pintu tertulis enam buah huruf Kanji dengan terjemahan Bahasa Portugis “Centro Socio Pastoral de Santo Antonio” . Tidak tahu arti pasnya, anggap saja ini pasturan atau tempat tinggal para pastur.
Macau, memang terdapat di negri Cina yang luas. Namun melihat sejarah panjangnya sebagai salah satu koloni Portugis tertua di Asia, tidaklah mengherankan kalau selain banyaknya kasino, di Macau ini terdapat juga banyak gereja-gereja tua. Dan di salah satu gereja ini saya beruntng bisa berjumpa dengan Sang Paus dan sejenak mengintip misa berbahasa Korea yang sunyi.
Foto-foto: Dokumentasi Pribadi
Macau, Akhir Desember 2016
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H