Lihat ke Halaman Asli

Taufik Uieks

TERVERIFIKASI

Dosen , penulis buku travelling dan suka jalan-jalan kemana saja,

Predator itu Bernama Lelaki

Diperbarui: 18 Desember 2016   10:02

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Foto-foto: Taufikueiks

Banyak juga lelaki yang hadir yah”, demikian kira-kira komentar pertama yang diutarakan oleh  Agustina Erni, Deputi Bidang Partisipasi Masyaraat KPPA (Kementrian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak) Republik Indonesia membuka acara “Diskusi Publik Bersama Mengakhiri Kekerasan Terhadap Permpuan dan Anak “ yang diselenggarakan  di hotel  Royal Kuningan pada pagi hingga siang di Sabtu, 3 Desember 2016 .

Ibu deputi  mewakili Mentri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak, Yohana  Yembise yang berhalangan hadir pada acara ini juga menambahan bahwa  acara dengan topik kekerasan terhadap perempuan dan anak ini biasanya lebih banyak dihadiri kaum wanita. 

Foto-foto: Taufikueiks

Acara dibuka dengan presentasi singkat dengan stastistik jumlah perempuan yang mewakili  sekitar 49,75 % penduduk Indonesia sekaligus jumlah anak yang  setara dengan sepertiga jumlah penduduk.  Diungkapkan juga stastistik kekerasan terhadap perempuan dan anak yang terus meningat dari tahun ke tahun.   Dijelaskan bahwa fenomena ini bisa disebabkan karena jumlahnya yang memang meningkat atau mungkin juga kesadaran untuk melaporkannya  yang terus meningkat. Biarpun bagaiman fenomena gunung es ada disini. Angka yang ditampilkan jauh lebih kecil dari keadaan sesunguhnya.

Namun, untuk mengatasi persoalnan ini, kita tidak bisa hanya mengharapkan peran pemerintah dikarenakan jumlah kekerasan yang terus meningkat dan sebaran geografis Indonasia yang sangat luas. Peran serta masyarakat sangat diharapkan, baik lembaga profesi, oraganisasi kemasyarakatan,  akademisi, lembaga riset, media dan tentunya oraganisasi keagamaan.

Presentasi berikutnya dibawakan oleh Sri Astuti dari Pusat Studi Gender dan Perlindungan Anak (PSGPA) sekaligus dosen Universitad Muhammdiyah Prof Dr Hamka yang menceritakan tentang pengalaman pendampingan di Rusun Marunda .

Foto-foto: Taufikueiks

Mengikuti presentasi ini, kita seakan-akan dibawah ikut serta mampir ke Rusun yang berlokasi di kawasan Jakarta Utara, dekat Rumah Si Pitung.  Kita dapat mengenal  kondisi rusun yang terdiri dari beberapa cluster yaitu cluster A , B, dan C yang masing-masing terdiri dari 11, 10, dan 5 Blok.  Juga dijabarkan lengkap struktur demografi penghuni rusun dari batita sampai lansia.

Foto-foto: Taufikueiks

Segala permasalahan yang ada di rumah susun seperti narkoba, kekerasan terdadap peremupan dan anak yang meliputi kekerasan fisik, emosional, maupun seksual dikupas secara lengkap.  Tentunya dijelaskan juga solusi yang jitu dan melibatkan secara langsung semua unsur yang ada di rusun Marunda. Salah satunya adalah kegiatan yang disebut  Jakarta  Rusun Festival 2016.

Foto-foto: Taufikueiks

Diskusi dilanjutkan dengan giliran nara sumber berikutnya yaitu  Vitria Lazarini, seorang psikolog dari Yayasan Putih yang membawakan tema “Mendampingi  Mereka yang Alami Kekerasan” dengan slogan Ayo Gerak Bersama!.

Acara kemudian ditutup dengan makan siang bersama, pengumuman lomba ngetweet dan tentunya foto bersama nara sumber dan kompasianer.   Dalam diskusi ini  dibahas pula  program three ends yaitu  mengakhiri kekerasan terhadap perempuan dan anak, mengakhiri perdagangan orang, dan mengakhiri ketidakadilan akses ekonomi terhadap perempuan

***

“Kapan-kapan kita bikin diskusi tentang kekerasan terhadap lelaki”, ucap bu deputi sambil tertawa lebar ketika ditanya kenapa hanya perempuan saja yang sekan-akan bisa menjadi korban dan predator atau penjahatnya selalu lelaki.  Bukankah  dalam kehidupan nyata , lelaki juga bisa menjadi korban ?

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline