Cirebon, Aku datang. Dan kedatanganku kali ini langsung menuju tempat yang menjadi salah satu daya tarik wisata sejarah sekaligus reliji dan sejarah. Tempat manalagi kalau bukan Komplek Makam Sunan Gunung Jati yang letaknya beberapa kilomter dari pusat Kota Cirebon di jalan raya menuju Indramayu.
“Makam Sunan Gunung Jati Cirebon Syekh Syarif Hidayatullah”, pintu gerbang jalan menuju kompleks menjad ipentunjuk utama . Tentunya kendaraan masih harus berjalan beberapa ratus meter lagi sebelum tiba di tempat parkir yang cukup luas. Selain kendaraan pribadi, banyak juga bus rombongan wisatwan yang tujuan utamanya adalah berziarah ke salah satu tokoh yang paling dihormati dalam deretan penyebar Islam di Pulau Jawa yang kondang dengan sebutan Wali Sanga ini.
Dari tempat parkir, kita berjalan melalui jalan kecil yang dikedua sisinya dipenuhi gerai kecil yang menjual sovenir dan juga perlengkaan ibadah dan ziarah. Tidak juga ketinggalan rombongan pengemis yang aan terus mengekori peziarah sampai beberapa lembaran rupiah berpindah tangan.
Selain pengemis, banyaknya kotak sedekah juga menjadi ciri khusus tempat-tempat wisata di kawasan Cirebon. Uniknya, kalau sedekahnya sebenarnya berlandaskan kerelaan, namun di tempat ini hampir setiap kotak amal dikawal dengan orang yang tugasnya setengah memaksa pengunjung memberikan sumbangan.
Memasuki pintu gerbang utama berbentuk candi bentar yang dicat putih, kita akan sampai di halaman depan kompleks makam. Dan di halaman ini pula sudah dijumpai puluhan bahkan ratusan makam yang berbaris berbanjar membentuk kelompok kelompok yang tidak beraturan. Di halaman ini juga terdapat beberapa makam yang diberi cungkup.
Bentuk bangunan utama kompleks makam ini memiliki arsitekrutur gabungan Jawa Islam dan Cina. Bentuk Jawanya terasa dari atap yang berbentuk limasan, sedangkan sentuhan Cina sangat terasa pada banyaknya keramik khas Cina yang ditempelkan di dinding serta pernak-pernik seperti lampion merah dan juga tempat dupa.
Memasuki pendopo, pengunjung diminta untuk mengisi buku tamu sekaligus mengisi kotak sumbangan serelanya. Di tempat ini banyak hiasan-hiasan yang khas selain keramik, ada Al Quran besar yang di taruh dalam kotak kaca dan tentunya banyak orang-orang yang duduk santai atau tidur-tiduran di pendopo yang juga sekali gus berhiaskan banyak pusara itu. Bahkan ada juga yang sedang sholat.
Melewati sebuah lorong dengan dinding keramik, kita sampai ke “Pasarean Sultan Sepuh Raja Sulaeman Keraton Kasepuhan”. Makam ini terletak di dalam ruangan dengan pintu yang tertutup. Saya kemudian berjaan lagi menuju sebuah ruang terbuka dimana banyak orang sedang berziarah. Sesekali lantunan tahlilan menggema dengan merdu. Di depannya ada sebuah pintu yang dinamakan Pintu Pasujudan. Para peziarah duduk bersila berbaris-baris. Semuanya tampak khusu melantunkan doa dan mantra.
Menurut cerita, ada sembilan pintu untuk sampai ke pusara Sunan Gunung Jati. Salah satunya adalah Pintu Pasujuduan ini. Dan kebanyakan orang hanya bisa sampai ke pintu kelima yang bernama Pintu Jinem. Untuk sampai ke pusara sang wali, pengunjung harus mendapat ijin khusus dari Kraton Cirebon. Walaupun ada yang bercerita bahwa ada orang dalam yang bisa mengantar kita ke makam dengan imbalan khusus yang sampai mencapai jutaan rupiah? Benar tidak yah?
Mengembara lebh jauh di kompleks makam ini, saya sampai di ruangan yang cukup luas. Kali ini tidak terlalu ramai orang yang berziarah. Sebuah hiolo atau tempat dupa besar dari kuningan dengan hiasan naga berukir menjadi ciri khas tempat ini. Sisa-sisa dupa yang masih berasap ada di tempat dupa. Sebuah pintu kecil dengan hiasan tembok putih penuh keramik menjadi pusat kegiatan reliji di ruangan ini. Tepat di depan pintu sebuah tempat dupa berukir naga memberi kan nuansa Cina yang kental. Kemungkinan di balik pintu inilah terdapat makam Putri Ong Tien yang merupakan salah satu istri Sunan Gunung Jati yang berasal dari negri Cina.
Kunjungan ke kompleks Makam Sunan Gunung Jati yang konon menjadi sesepuh kesultanan Cirebon ini memang mengasyikan. Selain berwisata , kita juga dapat melihat semangat relijiusitas yang cukup tinggi di masyarakat yang terus berbondong-bondong ziarah ke tempat ini. Ketika tiba di tempat parkir, satu lagi rombongan peziarah yang sudah siap bersarungberkopiah baru saja turun dari bus menuju kompleks makam.