Lihat ke Halaman Asli

Taufik Uieks

TERVERIFIKASI

Dosen , penulis buku travelling dan suka jalan-jalan kemana saja,

Belajar “Sembahyang” di Kuil Tikus Berbaju Merah di Tokyo

Diperbarui: 10 Agustus 2016   15:42

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kota Metropolitan Tokyo, dulunya bernama Edo membentang luas  lebih dari 2000 kilometer persegi dan secara administratif dibagi dalam berbagai tingkat pemerintahan. Salah satunya disebut ward dalam Bahasa Inggris atau ku dalam bahasa Jepang.  Ada beberapa nama  ku yang sudah akrab ditelinga,  misalnya saja Shinjuku, Shibuya, ataupun Shinagawa dan Chuo.

img-5558-57aab3195797735c33a9c6de.png

Perjalanan hari ini menuju ke kawasan Tsukiji Fish Market yang kebetulan terletak di Chuo Ku. Dan tentu saja moda transportasi yang dipakai adalah kombinasi JR Yamanote Line dan metro.  Dari stasiun Tsukijishijo cukup berjalan kaki mengikuti peta yang untungnya terdapat di dekat pintu keluar. 

img-5551-57aab3b5d17e61ea11a3658d.png

Jalan-jalan disini sangat mengasyikan. Kita dapat secara lebih dekat melihat kehidupan sehari-hari di pasar tradisional Jepang.  Berbagai jenis dan ukuran ikan serta hewan laut tersedia disini. Baik yang mentah maupun yang siap santap.   Kita bahkan bisa melihat penjualnya memasak  sambill mencicipi sampel yang disediakan. Selain  berbagai jenis ikan , cumi-cumi dan gurita menjadi kudapan  favorit.

img-5552-57aab40a7297734710ede72d.png

Selain restoran shushi, ada gerai yang menjual berbagai jenis kerang dan dibandrol dengan harga 1000 Yen.  Terlihat penjualnya sedang asyik beraksi di penggorengan yang khas.  Di sebelahnya dipamerkan berbagai jenis kepiting  dalam ukuran jumbo.  Kepiting di Jepang memang terkenal dengan ukuran  yang sangat besar.

img-5556-57aab4bbf19273de0d3dc754.png

Bukan cuma pasar ikan atau gerai seafood dan sushi, di Tsukiji  juga terdapat beberapa kuil baik shinto  maupun Buddha  dalam berbagai bentuk arsitektur dan ukuran. Dari yang sepi sampai yang cukup ramai dikunjungi wisatawan baik lokal maupun mancanegara. Barangkali sejenis wisata reliji dimana selain berwisata , mereka juga beribadah di kuil-kuil tersebut.

img-5527-57aab98f579773ff33a9c6e3.png

Pada  sebuah persimpangan jalan, ada sebuah kuil yang terlihat cukup ramai, pintu gerbangnya khas berbentuk “Tori”  diapit dengan sepasang rak yang berisi lampion berbentuk bejana berwarna putih dengan tulisan kanji berwarna hitam.   Di setiap sisi ada dua bariis lampion yang terbagi tiga kolom dan masing-masing berisi tiga lampion. Total ada 18 lampion di setiap sisi.

Di dalam pekarangan, cukup ramai suasana pengunjung siang itu. Ada yang bewisata sambil berfoto, ada juga yang khusuk berdoa dengan memasang dupa di depan altar kuil.   Bangunan utama kuil dengan dinding dan atap sebagian besar terbuat dari kayu berwarna hitam kecoklatan  memberikan suasana yang cukup hening sekalipun dalam keramaian.

img-5529-57aae807f87a61d53a7f3fc4.png

Perhatian saya kemudian tertuju pada pagar  pekarangan kuil yang terbuat dari tembok. Ada sebuah prasasti batu yang bertuliskan campuran huruf “Hiragana dan Kanji”.   Saya hanya bisa membaca huruf “no” seperti yang terdapat di ajinomoto.  Dan dua huruf kanji  “daimaru”  yang artinya lingkaran besar.  Ada dua lagi huruf kanji yang tidak bisa saya baca.  

Sebuah altar terbuat dari marmer hitam dengan dua huruf kanji juga ada di dekat prasasti tadi.  Di depannya berderet gelas-gelas dari porselin dengan warna putih, biru dan hitam . Dihiasi dengan kaligrafi dan tulisan kanji.  Di depannya lagi ada sebuah guci kecil berwarna kombinasi hitam merah, sebuah mangkuk besar warna biru putih dan guci berbentuk sepatu but berwarna merah krem.  

img-5531-57aae86d52977331157162e5.png

Namun yang paling unik adalah sebuah altar berbentuk rumah kecil yang disekitarnya berserakan patung-patung tikus dalam berbagai ukuran.  Satu , dua, tiga,...... sepuluh patung tikus yang semuanya diselimuti  celemek kain warna merah ada di altar ini.  Beberapa mangkuk , guci, dan teko yang semuanya terbuat dari porselin juga menggenapi altar yang misterius ini.  Tidak ada tulisan ataupun keterangan yang menjelaskan tujan dan latar belakang mengenai tikus-tikus berpakaian merah yang ada di kuil ini.

img-5534-57aaba21b17e61fc0d2fecd7.png

Sejenak menikmati suasana kuil yang cukup ramai, saya kembali ke halaman.  Di kelilingi orang-orang yang khususk berdoa, ada  sebuah petunjuk cara  beribadah . “How to worship” demikian judulnya dalam bahasa Inggris sementara di atasnya tertulis dalam aksara Hiragana dan Kanji .   Singkatnya cara besembahyang  diterangkan dalam tiga langkah, yaitu membungkuk dua kali, bertepuk tangan dua kali dan berdoa , lalu  diakhiri dengan membungkuk sekali saja.
Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline