Lihat ke Halaman Asli

Taufik Uieks

TERVERIFIKASI

Dosen , penulis buku travelling dan suka jalan-jalan kemana saja,

Nabi-Nabi Cilik dari Zanzibar

Diperbarui: 3 Juli 2015   20:40

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

“Ini dia masjid terbesar di Zanzibar”, tukas Zeus ketika kita baru saja meninggalkan kawasan Stone Town sekitar 10 menit menuju ke “Jozani Forest” untuk melihat satwa khas yang hanya ada di Zanzibar yaitu “Red Colobus Monkey”. Jalan di pulau ini keadaannya kurang baik, sebagian berlubang sebagian lagi cukup mulus.


Di sepanjang jalan kita dapat menyaksikan kehidupan rakyat sehari-hari di pulau yang terkenal juga sebagai “Spice Island” karena memiliki cengkeh sebagai salah satu andalan ekspornya yang sudah mendunia. Tidak mengherankan kalau kunjungan ke kebun rempah-repah juga menjadi salah satu acara wajib yang disebut sebagai “Spice tour”.


Singkat cerita setelah bermain dan berkenalan dengan satwa yang khas Zanzibar, dalam perjalanan kembali ke Stone Town, saya meminta kepada Zeus untuk mampir ke masjid terbesar di Zanzibar itu untuk sholat Dzuhur dan Ashar. Kawasan sekitar Masjid Noor Muhammad merupakan perkampungan yang cukup ramai. Di sini banyak sekali “duka” yang berarti toko dan merupakan bukti bahwa dalam Bahasa Swahili banyak juga kata serapan dari Bahasa Arab. Di antaranya adalah Duka La Dawa yang artinya toko obat.


Masjid Noor Muhammad ini terlihat megah bahkan dari sebrang jalan. Warna hijau dan kuning mendominasi masjid berlantai dua ini. Kubah utamanya di cat warna hijau dengan hiasan geometris berwarna putih serta bulan sabit kecil bertengger dengan megah dipuncaknya. Dua buah menara yang tingginya sekitar 40 meter juga mengawal masjid ini di kedua sisinya.


Zeus parkir di sebrang jalan, dan kami segera masuk ke halaman masjid. Ternyata shalat dzuhur baru saja selesai . Saya bertemu dengan seorang anak berusia 10 tahunan dan sempat bertanya dimana tempat wudhu , Dia hanya menjawab menggunakan telunjuknya. Saya mengikuti arah mengitari bangunan masjid melewati lorong dengan lantai keramik berwarna kuning serta melihat tiang-tiang masjid yang bagian bawahnya berwarna coklat.


Ruang dalam masjid cukup luas dan megah. Jendela kaca yang besar sampai ke lantai dua membuat cahaya mentari bisa menerangi ruang utama masjid ini. Tiang-tiang utama juga menjadi penyangga yang terlihat kokoh serta lantainya dilapisi hamparan sajadah berwarna coklat tua. Di beberapa sudut ruangan, terdapat pendingin udara besar yang mebuat sebagian tempat cukup sejuk di pulau tropis Zanzibar yang udaranya cukup panas.


“Bismillahhirrahmanirraahim. Masjid Moor Muhammad (S.A.W), Mskiti Umefunguliwa rasmi na MH Alhaji DR Amani Abeid Karume rais wa zanzibar na mwenyekiti wa baraza la mapinduzi (awamu ya Sita). Tarehe 01 Februari 2009 Sawa na mwezi (05 Safar 1430) Ufunguzi huu umehudhuriwa na AlHabib Sayyid Omar Muhammad bin Ibni Hafidhi wa Yemen”


Di pintu masuk utama terdapat sebuah prasasti yang ditempel di dinding dan tertulis dalam bahasa Swahili, yang artinya kira-kira “Dengan nama Allah yang maha pengasih lagi penyayang, Majsid ini resmi dibuka oleh Haji DR Amani Abeid Karume, Presiden Zanzibar dan Pemimpin Revolusi (Tahap ke enam) pada tanggal 01 Februari 2009 bersamaan dengan )5 Safar 1430 H. Pembukaan ini dihadiri juga oleh Alhabib Sayyid Omar Muhammad Ibni Hafidhi dari Yaman”.


Masih di kawasan masjid ini, juga terdapat sebuah madrasah yang megah berlantai empat bernama “Almadrasat Moor Muhammad”. Di halaman di antara masjid dan madrasah, ada beberapa orang yang sedang asyik mengobrol dengan santai dan saya kemudian duduk santai di halaman bagian tepi menunggu istri yang sedang sholat di lantai atas yang dikhususkan untuk kaum perempuan.


Di tempat ini, ada sekitar lima orang anak lelaki yang sedang bermain dan bercanda dengan teman-temannya. Usia mereka berkisar antara delapan sampai sepuluh tahun. Dengan wajah ceriah, penuh senyum dan juga rasa ingin tahu yang besar mereka memperhatikan saya . Rata-rata berkulit hitam manis dan berambut ikal dengan sesekali menampakan deretan gigi yang putih ketika tersenyum. Ada yang memakai baju lengan pendek dan aja juga yang memakai kaus.


Dengan campuran Bahasa Swahili , Arab, dan Inggris akhirnya kami bisa berdialog dengan cukup baik. Mereka menanyakan darimana asal saya dan saya menanyakan nama-nama dan juga usia anak-anak Zanzibar yang manis, lucu dan ramah itu.
Asyiknya, nama-nama khas Islam ternyata muncul dari mult-mulut mereka yang mungil, yang paling kecil bernama Yusuf , sambil malu0malu menyebut khan nama dan usianya yang baru enam tahun. Yang lainnya bernama Daud, Ibrahim, Musa, dan tentunya Muhammad.
Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline