Lihat ke Halaman Asli

Taufik Uieks

TERVERIFIKASI

Dosen , penulis buku travelling dan suka jalan-jalan kemana saja,

Menjadi Raja Sehari di Hutan Tanzania

Diperbarui: 17 Juni 2015   06:20

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Setelah selesai berkelana di Lake Manyara National Park dan berburu “flamingo”, yaitu satwa unik yang berwarna “pink” dan asyik bermain dengan berjenis-jenis satwa liar yang ada, kami pun kemudian menuju ke kawasan Karatu untuk beristirahat sebelum melanjutkan perjalanan di rimba Tanzania utara.

Jalan menuju Karatu kian mendaki dan seperti umumnya di kawasan pegunungan , banyak dijumpai kelokan-kelokan yang tajam dengan pemandangan yang indah. Di sebuah tempat, kami sempat berhenti untuk mengambil gambar kawasan Danau Manyara yang ada jauh di bawah sana.

Hari mulai gelap ketika kendaraan sampai di Karatu yang hanya merupakan kawasan pemukiman yang tidak terlalu ramai.  Hanya ada sekumpulan rumah dan toko yang bisa disebut sebagai pusat kawasan. Untuk menuju penginapan, kendaraan harus belok ke jalan kecil yang terbuat dari tanah.  Ini baru Afrika! Fikir sama dalam hati saja.

Setelah proses pendaftaran, kami kemudian di anatr ke kamar setelah sebelumnya ditanya ingin makan malam jam berapa.  Untuk menuju ke kamar yang berbentuk bungalow, harus melewati lorong yang cukup gelap dan sejenak melongok ke  restoran dimana nanti makam malam disediakan. Tadinya suasana sangat gelap dan lamu-lampu tampaknya baru dihidupkan setelah kami datang.

Setelah beristirahat, kami segera menuju ke restoran. Suasana sepi, karena dijelaskan bahwa pada malam itu hanya kamilah satu-satunya tamu yang menginap. Makan malam dengan menu yang lezat dan chef serta pealayan restoran yang  melayani dengan  ramah. Ketika makan malam hampir selesai, sang manajer yang datang khusus untuk bercakap-cakap dengan kami juga menemani sambil banyak bercerita tentang kehidupan di Tanzania Utara ini.

“You are my king and queen”, tukas sang manajer lagi mengakhiri pembicaraan malam itu.  Ternyata bulan Mei merupakan low season di hotel ini sehingga dari 20 bungalow yang ada memang hanya satu lah yang terisi dan kami juga diberikan kamar atau  bungalow yang terbaik.  Kalau dilihat keadaan kamarnya memang sangat unik karena tempat tidurnya dilengkapi dengan kelambu, maklum saja nyamuk di Afrika cukup ganas. Selain iu ada sebuah tepat tidur besar dan dua buah tempat tidur kecil, dan ada juga sebuah perapian di sudut kamar. Untungnya , obat anti nyamuk dalam bentuk  kaleng sparay sudah siap dibeli sewaktu di Dar Es Salaam.

Pagi harinya, sempat juga dilihat suasana hotel yang cukup cntik dengan taman-taman yang asri. Berbagai jenis flora khas Afrika tumbuh subur dengan tata letak pertamanan yang lumayan ciamik. Sejenak setelah makan pagi, disempatkan untuk melihat-lihat suasana di sekitar hotel sebelum akhirnya tiba waktunya untuk cek out.

Keramahan khas Afrika di tengah hutan Tanzania memang dapat dirasakan. Perbedaan bahasa dan budaya tidak menjadi penghalang. Dan keramahan ini juga kembali dibuktikan ketika keesokan harinya pada saat kami meninggalkan hotel untuk menuju ke Ngorongoro semua staff termasuk sang manajer ikut mengantar sampai ke gerbang hotel setelah sebelumnya sempat berfoto bersama.

Sebuah pengalaman menarik menjadi raja semalam di pedalaman Tanzania!

Karatu, Mei 2015




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline