Lihat ke Halaman Asli

Taufik Uieks

TERVERIFIKASI

Dosen , penulis buku travelling dan suka jalan-jalan kemana saja,

Supir Taksi yang Sering Berbelanja di Jakarta: Catatan Muhibah ke Brunei (19)

Diperbarui: 25 Juni 2015   07:37

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

1332394631290351863

Hari masih pagi ketika sudah tiba saatnya untuk cek out dari hotel di daerah Gadong untuk menuju Brunei Internatinal Airport di daerah Berakas dankembali ke tanah air.Sebelum cek out, saya menelpon dulu front office untuk minta ditelponkan taksi sehingga tidak usah menunggu terlalu lama pada saat cek out nanti. Maklum di Brunei taksi tidak dapat dengan mudah kita temui dan hanya dapat dipesan melalui telpon.

Persis setelah cek out, ternyata taksi saya sudah menunggu. Yang membuat saya agak sedikit terkejut pengemudinya adalah seorang wanita berumur sekitar 40 tahunan…Wah baru kali ini saya melihat wanita menjadi supir taksi di Brunei.Wanita ini, berperwakan sedang agak sedikit gemuk, kulitnya agak putih bersih dan rambutnya keriting terurai. Wah modis juga supir ini, fikir saya dalam hati.

Sambil tersenyum dia mempersilahkan saya masuk dan mulai bercakap dalam bahasa Inggris. Namun ketika saya menjawab dengan bahasa Melayu, percakapan pun menjadi lebih seru sehingga perjalanan sekitar 10 atau 15 belas menit menuju Bandara pun menjadi tidak terasa.

Sudah berapa lama jadi pemanduteksi?” Tanya saya sambil tersenyum manis dan engan nada akrab penuh tanda tanya.Dengan santai dia menjawab “:Sudah lebih sepuluh tahun”.Percakapan pun kemudian melebar kemana-mana termasuk tentang kota tujuan saya yaitu Jakarta.Jakarta hebat dan ramai sekali, komentarnya.Sang supir kemudian bercerita kalau dia sudah sering ke Indonesia termasuk Jakarta , Surabaya dan Bali.Dan tujuan utama kalau ke Jakarta adalah belanja besar-besaran di Mangga Dua.

Shopping di Jakarta sangat ramai dan murah”. Tambahnya lagi. Dan saya pun menggeleng-gelengkan kepala karena membayangkan bahwa dengan pekerjaannya sebagai supir taksi saja dia mampu “jalan-jalan” dan belanja ke Indonesia.

Selain itu dia juga bercerita bahwa menjadi supir taksi di Brunei cukup enak karena persaingan tidak banyak. Cukup standby di Bandara atau hotel, dan bila ada telpon masuk langsung menjemput sesuai tempat dan waktu yang dijanjikan.

“Di seluruh Brunei hanya ada sekitar 40 taksi”… Pantas sedikit sekali fikir saya. Tentu saja karena semua orang Brunei punya kereta sehingga taksi hanya dipakai oleh pelancong dan pebisnis yang kebetulan dating ke Brunei. Lagi pula jumlahnya tidak terlalu banyak,“Itu seluruh negara, jadi kalau di Bandar nih mungkin hanya ada 25 taksi “. Tambahnya lagi sambil mulai menepi ke Terminal keberangkatan di Bandara Internasional Brunei.

Dengan santai pula dia kemudian menulis sebuah kwitansi senilai 25 Ringgit dan meyerahkannya kepada saya. Setelah membayar dengan uang pas dan mengucapkan terma kasih, taksi itu pun kemudian dengan perlahan meninggalkan terminal untuk kemudian mencari penumpang lainnya.

Pantas saja kalau di Brunei dengan harga BBM yang hanya 31 sen per liter dan ongkostaksi yang 25 Ringgit atau sekitar 200 Ribu untuk perjalanan sekitar 10 menit , maka menjadi supir taksi pun merupakan pekerjaan yang cukup menjanjikan. Karena itu tidak mengherankan kalau sang supir sudah beberapa kali ke Indonesia untuk berbelanja. Atau mungkin juga menjadi supir taksi baginya hanya sebagai pengisi waktu luang, sementara ada penghasilan lain yang lebih banyak?

Pertanyaannya. Kapan supir taksi di Jakarta bisa jalan-jalan dan belanja di Brunei???




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline