Lihat ke Halaman Asli

Taufik Uieks

TERVERIFIKASI

Dosen , penulis buku travelling dan suka jalan-jalan kemana saja,

Kisah-kisah Menarik dari Turki (8) Ada Pasar Uang di Grand Bazaar

Diperbarui: 29 Agustus 2015   20:02

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

 

 

Bagi kaum wanita, belumlah lengkap berkunjung ke Istanbul, kalau tidak sempat ke Grand Bazaar. Lokasinya pun mudah dicapai, masih di daerah Sultan Ahmet dan dapat dicapai dengan trem atau hanya berjalan kaki dari kawasan Aya Sofia ataupun Masjid Biru.

Kapalicarsi” demikian petunjuk jalan berupa rambu berlatar belakang warna coklat khas tempat wisata. Dan tentu saja orang akan mengira artinya adalah “The Grand Bazaar” namun dalam bahasa Turki, arti sebenarnya adalah pasar yang tertutup atau “Covered Market”. Melalui jalan-jalan yang sempit, ramai dan khusus untuk pejalan kaki, akhirnya kami pun sampai di pintu gerbang pasar tertutup terbesar di Istanbul ini.

Kami memasuki Grand Bazaar melalui Pintu Gerbang Nuruosmaniye. Pintu ini tepat terletak di belakang Masjid dengan nama yang sama. Begitu memasuki pintu gerbangnya, kita akan terpesona dengan interiornya yang cantik. Langit-langit di bawah kubahnya yang dihiasi dengan keramik khas Turki yang indah berwarna-warni. Warna kuning tua sangat mendominasi langit-langit tadi. Sementara temperatur langsung berubah menjadi hangat dibandingkan dengan diluar yang cukup dingin. Suasana hangat juga terasa dari atmosfer yang diciptakan oleh barisan toko dan barang-barang yang dipajang.

 

 

Kalpakçilar Caddesi , Jalan utama di Grand Bazaar

Barisan toko-toko yang menyambutdan bagaikan mengucapkan selamat datang kepada saya ini terletak di jalan utama Grand Bazaar yang di sebut Kalpakçilar Caddesi. Kalau kita berjalan terus menyusurinya, kita akan keluar Grand Bazaar di pintu yang lain menuju Beyazit. Di pintu itu lah saya akan keluar nanti, tetapi tentu saja setelah menyusuri lorong-lorong lain yang menarik di Pasar tertua di Istanbul ini.

Menyusuri lorong-lorongnya yang dipenuhi oleh barisan toko-toko yang menjual semua barang yang ingin kita beli. Konon di dalam kompleks yang dibangun oleh arsitek Sinan pada pertengahan abad ke 16 ini terdapat sekitar 60 lorong dengan lebih dari 5000 toko dan kios. Pengunjungnya setiap hari antara 250 ribu sampai 400 ribu orang yang kebanyakan wisatawan dari luar Turki.

Semua barang ada disini: Baik perhiasan, keramik Turki, permadani , rempah-rempah dan juga souvenir khas turki. Tentu saja pernak-pernik seperti T-shirt , gantungan kunci dan cendra mata lainnya juga tersedia. Trik berbelanja disini adalah kita mesti pandai menawar. Jangan ragu membandingkan harga dengan toko yang lain dan berani menawar dibawah setengah harga yang mula-mula diajukan penjual.

Di Kalpakçilar Caddesi ini, barang yang menjadi primadona adalah perhiasan emas yang tampak berkilauan. Orang Turki memang sangat suka dengan emas, karenanya selain untuk perhiasan emas juga digunakan untuk investasi dan bahkan juga untuk mahar atau meminang calon mempelai.

 

 

Sandal Bedesten

 

Kira-kira lima atau enam toko di sebelah kanan jalan, saya tertarik dengan sebuah lorong bertulisakan “Old Bazaar” . Saya memasuki ke lorong ini yang ternyata merupakan bagian tertua dari Grand Bazaar. Bangunan atau area yang disebut “Sandal Besdesten” ini dibangun pada 1461 atas perintah Sutan Mehmet.. Grand Bazaar ini kemudian diperluas pada abad ke 16 dalam pemerintahan Sultan Sulaiman. Dan sempat direnovasi setelah gempabumi pada 1894.

Pada awalnya, setiap area di Grand Bazaar dikelompokan sesuai dengan produk yang dijual. Di dalam bazaar ini, bahkan ada bagian khusus untuk menjual barang dari kulit, perhiasan emas dan barang lainnya.. Karena itu pasar ini terdiri dari beberapa Bedesten atau juga Han. Sandal bedesten konon pada masa jayanya dulu berisi toko-toko sutra , beludru, perhiasan dan juga pembuat topi khas Turki atau Turban. Namun sekarang, lebih banyak menjual tekstil dan pernak-pernik cendramata buat keperluan turis.

 

Penukaran Uang Asing Liar

 

Sambil terus berjalan menyelusuri lorong-lorong Grand Bazaar yang riuh rendah, saya sempat melihat kerumunan pria Turki yang Nampak sibuk berteriak teriak melalui telpon genggam mereka sambil sesekali melambaikan tangan mereka. Ternyata orang-orang ini adalah semacam calo penukaran uang asing. Menurut cerita, penukaran uang asing di Grand bazaar memiliki omzet sampai ratusan juta Euro. Dan dimulai pada tahun 1980an ketika inflasi sangat tinggi sehingga setiap kali habis gajian , orang akan langsung menukar Lira mereka dengan US Dollar atau uang asing kuat lainnya dan baru menukar kembali dengan Lira saat mereka memerlukannya.

Perlu ndi ketahi bahwa pada awal tahun 200-an nilai tukar Lira Turki sangat rendah, sehinggah 1 US Dollar sama dengan 1. 5 juta Lira. Pada tahun 2005 Turki memeangkas enam buah nol dan mengganti mata uangnya dengan Yeni Lira atai Lira baru. Kemudian pada 2009 Yeni Lira ini pun dinamakan kembali menjadi :”Lira” . dan ternyata nilainya sekarang cukup stabil.

 

 

Belum ke Istanbul kalau tidak ke Grand Bazaar

Menyusuri lorong-lorong di grand Bazaar, kita bagaikan kembali ke ratusan tahun yang lalu dan melupakan hiruk pikuk kota Istanbul di jaman modern ini. Para pedangang, terutama pedagang permadani akan menyambut pengunjung dengan ramah sambil mengucapkan selamat datang dan mencoba menerka negara asal kita. Kalau kita tertarik, maka mereka juga tidak ragu untuk terus bercakap-cakap, bahkan menyediakan teh apel atau pun kopi Turki yang nikmat, Namun kalau kita menerima semua keramahan ini, maka kita pun menjadi tidak tega kalau sama sekali tidak membeli sesuatu.

Sambil berjalan terus di lorong-lorong yang bagaikan di negri 1001 malam, saya tiba di tengah-tengah komplek bazaar ini. Kawasan ini disebut Cehavir Bedesten. Di tempat ini banyak dijual dan dipamerkan barang-barang yang mahal dan indah seperti barang antik, perabotan rumah tangga, barang-barang dari tembaga, tasbih, ikon, cermin besar, shisah, jam tangan dan jam dinding, perhiasan emas dan perak dan masih banyak lagi. Pendek kata kalau tidak bisa menahan diri , kita kan pulang dengan banyak tentengan di tangan.

 

 

Kalau kita sudah lelah berjalan, bisa juga mampir di café sambil menikmati teh apel ,kopi atau minuman dingin sambil bercengkerama dengan pemiliknya dan memandang orang-orang yang lewat dan lalu lalang.

.

Disini kita dapat menikmati suasana yang khas Turki. .Berbelanja di mal modern mungkin lebih praktis dan bahkan memiliki harga pas sehingga tidak usah repot tawar menawar, namun di sini dengan menawar sambil sedikit bertengkar dengan penjual dan melihat ratusan pembeli lainnya , merupakan suatu pengalaman berbelanja yang memiliki nilai lebih. Karena itu, belumlah lengkap kunjungan ke Istanbul, kalau tidak mampir ke Grand Bazaar.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline