Episode 5 : Pesona Wanita di Banteay Srei & Danau Terbesar di Asia Tenggara Hari ini adalah hari terakhir saya di Angkor dan juga bertepatan dengan habisnya masa berlaku Pas masuk tiga hari bergambar foto "Polaroid" . Karenanya setelah di pagi hari berkunjung dan pamit dengan Angkor Wat, Thiera membawa saya ke daerah masih di kawasan Angkor, namun cukup jauh terpisah dari candi-candi lainnya.
[caption id="attachment_141351" align="aligncenter" width="640" caption="Banteay Srei: Benteng Feminin Berwarna Pink"][/caption]
Sekitar 30 km dari Siem Reap, kita dapat mengunjungi satu lagi candi yang cukup popular belakangan ini , yaitu Banteay Srei. Perjalananan cukup jauh dan melewati pedesaan. Hal yang cukup mencolok adalah banyaknya papan yang bertuliskan Cambodia's People Party pimpinan Hun Sen. Di pintu masuk candi sudah banyak rombongan turis dari Asia. Mungkin dari Korea karena terlihat pemandu yang berbicara bahasa Korea. Semuanya memakai pas masuk yang dikalungkan di leher. Di tempat ini lah baru saya melihat seorang petugas yang mendekati saya dan kemudian berbicara dalam bahasa Khmer yang saya tidak saya mengerti, menyadari saya tidak bisa berbahasa Khmer, baru dia berbicara bahasa Inggris menanyakan pas masuk saya. Pas masuk yang selalu saya simpan dalam saku pun saya tunjukkan. Bangunan yang bagaikan diukir dengan warna merah muda ini seakan-akan dibuat untuk kaum hawa. Dibangun pada masa Raja Rajendravarman II di akhir abad ke 10. Candi ini ukurannya sangat kecil dibandingkan candi-candi Angkor lainnya, namun keindahannya sangat mengagumkan. Saya memasuki kompleks Candi yang pagi itu ramai dikunjungi. Baru di tempat ini saya benar-benar merasa sebagai turis di Kamboja, seperti juga baru kali ini saya diminta untuk menunjukkan pas masuk. Sepertinya kunjungan saya ke tempat lain mungkin dilihat sebagai kunjungan seorang Khmer yang pulang kampung. Banteay Srei adalah salah satu "mutiara dalam kesenian Khmer". Keindahannya terletak pada ornamen dan hiasannya yang sangat feminin. Tidak berlebihan kalau ia dijuluki "Benteng untuk Wanita". Menurut prasasti, candi ini dibangun oleh seorang Brahmin (Brhamana Wanita) yang masih berdarah biru dan juga sekaligus menjadi guru spiritual Raja Jayawarman V. Konon, pada saat selesai dibangun, nama resmi candi ini adalah "Isvarapura". Kefemininan candi ini sangat terasa dengan warna "pink"nya yang sangat dominan.
Tonle Sap: Danau Terbesar di Asia Tenggara
Akhirnya, setelah puas menikmati Angkor dan reruntuhannya, saya mencoba mencari dimensi lain kunjungan ke Kamboja. "Mengapa tidak ke Tonle Sap" demikan usul Thiera. Tonle Sap, yang berarti "air manis" terletak terletak kira-kira 20 km dari Siem Reap dan dihubungkan dengan Sungai Siem Reap. Jalan menuju Tonle Sap cukup baik, namun ketika mendekati danau jalan terasa kian buruk dan hanya berupa tanah yang diperkeras. Di sebelah sisi jalan nampak perkampungan kumuh nelayan yang secara gamblang memperlihatkan kemiskinan yang masih dominan sekali di negri yang konon cukup maju secara ekonomi di tahun 1960 an. Kami harus membayar USD 25 untuk sewa perahu motor yang kita beli dulu di Siem Reap. Dan dengan perahu ini kita menyusuri sungai Sieam Reap, sambil menikmati pemandangan perkampungan nelayanan di kedua sisinya. Diperkampungan yang juga dihuni orang dari Viet Nam ini, nampak segala fasilitas cukup lengkap tersedia. Selain rumah-rumah terapung, pasar, sekolah, bahkan tampak juga sebuah lapangan basket dan juga gereja terapung. Akhirnya sampailah kita di Tonle Sap, danau ini sangat luas sehingga tidak tampak tepinya dan nampak bagaikan laut. Konon kita juga dapat berlayar sampai ke Pnom Penh melalui Tonle Sap ini. Di tengah danau, perahu kita akan didekati perahu-perahu kecil yang mejual minuman ringan dan makanan kecil. Dalam perahu, penumpangnya hanya saya dan Thie Ra, pengemudi perahu dibantu oleh seorang anak tanggung berusia sekitar 13 tahunan yang nampaknya memanfaatkan perjalanan ini untuk sekalian bermain dan berenang dengan teman-temannya. Setibanya di dekat danau dia mulai melepaskan baju dan berenang sepuasnya. Anak itu hanya kembali ke perahu ketika kami hendak balik menuju pangkalan perahu.
Shopping di Siem Reap Cukup banyak yang dapat dilakukan di Siem Reap di antaranya dengan menikmati tarian tradisional sambil menikmati makan malam di Restoran Khoulien. Atau kita juga dapat mengunjung Angkor Night Market yang terletak di Sivutha Boulevard dekat Pasar Tua atau Phsar Chas dalam bahasa Khmer. Di sini kita dapat berbelanja kerajinan tangan Khmer dan juga barang cendera mata lainnya. Old Market atau Phsar Chas juga merupakan tempat yang tidak boleh dilewatkan bila mengunjungi Siem Reap. Hanya panggil Motto, ucapkan Snyom som touw Phsar Chas, maka setiap pengemudi tahu bahwa kita akan pergi ke Phsar Chas dan ongkosnya hanya 1 USD. Di tempat yang buka sejak pagi hingga sekitar jam 6 sore, segalanya ada, dari sutra, karma (penutup kepala motif kotak-kotak), cendera mata, T shirt dan sebagainya dapat kita beli dengan harga yang cukup murah asalkan kita pandai menawar. Anda bisa dapat harga lebih baik kalau bisa sedikit-sedikit bahasa Khmer seperti soksabai untuk apa khabar dan o khun untuk terima kasih.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H