Saat kamu ingin menjadi pengusaha, datanglah seseorang yang menyodorkan segebok uang, tentu anda senang bukan kepalang. Kamu akan berteriak kegirangan, yes...! Saya akan kaya!
Salah satu hambatan yang sering dihadapu seseorang pengusaha atau calon usahawan adalah modal. Tanpa modal, cita-cita menjadi pengusaha akan dicantolkan di gantungan.
Mau ngutang ke bank? Boro-boro kamu bakal jadi pengusaha. Yang ada malah jadi budak pemilik modal. Kamu yang pontang panting bekerja, mereka yang menikmati hasilnya.
Bagaimana tidak menjadi budak bila pinjam dua puluh juta harus ngembaliin tiga puluh juta. Sudah begitu hanya catatannya saja pinjam dua puluh juta, terimanya ya kagak segitu. Potong ini, uang itu, akhirnya belum beranjak dari bank uang sudah tekor dua juta.
Setelah gitu pemerasan masih berlanjut. Uang yang delapan belas juta kagak boleh diumpetin terus. Setiap bulan mesti disetorkan. Lah, ya, bukan pinjam segitu banyak kalau setiap bulan ditekori.
Kalau sudah kayak gitu apa ngga' sakit. Sakitnta tuh di dompet! Makanya katakan "tidak!" pada bank!
Itu ceritanya jadi pengusaha. Bagaimana kalau menjadi penulis?
Menulis dan berbisnis itu bagaikan alpokat dibelah dua. Keduanya membutuhkan modal untuk memulainya.
Menulis tanpa modal, mimpi... kali....!
Apa, sih, modal menulis? Mau tahu?