Sungai Tigris meliuk bagai ular purba yang luka.Membelah daratan, membisikkan cerita tentang kerajaan yang runtuh, mimpi yang musnah Dan peradaban yang terkubur.
Tubuhmu pernah pekat hitam oleh buku buku yang dimusnahkan oleh bangsa mongol.
Di tepianmu, kutemukan pecahan tembikar Jejak langkah masa lalu, samar tak berbekas. Ukiran wajah-wajah yang tak dikenal menceritakan kisah cinta, perang, dan kepongahan.
Bulan purnama menari di atasmu Memantulkan cahaya keperakan Membuatmu bagai pita perak yang berkilau menjalin kisah-kisah sepanjang zaman
Kau saksi bisu, saat menara Baitul Hikmah menjulang tinggi meraih langit dunia menyentuh mimpi. Namun angin badai menerjang keras meruntuhkan menara, menyisakan debu.
Di tepianmu, para penyair mengukir kata mengabadikan keindahan alam dan cinta Omar Khayyam, Al-Khwarizmi, nama-nama besar menyumbang pada khazanah dunia
Kau mengalir terus, tak pernah berhenti, menyembuhkan diri, membawa harapan dan mimpi baru menyuburkan tanah, menghidupi jutaan jiwa anugerah dari Sang Pencipta
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H