Lihat ke Halaman Asli

taufik sentana

Personal Development

Hujan di Tokyo

Diperbarui: 17 Januari 2025   00:06

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Neon meredup, bayangan kabur, aspal basah Hujan rintik, ritme kota melambat. Payung warna-warni, wajah tersembunyi Bau petrichor menyatu dengan aroma ramen

Cahaya lampu jalan memantul di genangan air.


Jejak langkah menghilang, tertelan keheningan. Aku terkunci di lemari apartemen bawah tanah.


Gedung pencakar langit menjulang tinggi seolah tak peduli dengan dunia di bawahnya

pria tua duduk di sudut gang menatap hujan dengan mata sayu. Membayangkan bunga api Hirosima.
Kenangan masa lalu berputar dalam pikirannya. 

Di kejauhan, kereta shinkansen melintas

Anak-anak bermain lompat-lompatan di genangan air. Tawa mereka memperlambat gerak kaki kaki hujan, menghidupkan suasana sejenak, kekhawatiran dan kesibukan terlupakan.

 Hanya ada hujan, kota, dan kerinduan

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline