Lihat ke Halaman Asli

Plagiat Atau menghargai? dan berdiri di Atas Bahu Raksasa

Diperbarui: 24 Juni 2015   01:36

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Gadget. Sumber ilustrasi: PEXELS/ThisIsEngineering

Ada pengalaman dan pembelajaran yang menarik semasa masih berkuliah di ITS. Ceritanya ketika mengikuti perkuliahan Metodologi Penelitian di Program Magister Teknik Industri ITS Surabaya yang dibawakan oleh Ibu Maria Anityasari, M.E. PhD. Hal yang menarik itu apa? nah ini yang selalu membuat penulis berkesan, yaitu ketika mendengar kata Standing on The Shouder of Giant dan Acknowledge. Kedua kata tersebut mengandung istilah penghargaan, rasa hormat yang akan berujung pada memahami betapa kecilnya kita berada pada ranah eksplorasi ilmu pengetahuan. Seorang Ilmuan atau siapa saja yang mengusung nilai-nilai tersebut akan menjadi seorang yang memiliki integrity, humble, humility dan generosity, mengutip istilah Peter Drucker dalam Drucker Leadership Model yang disampaikan oleh Rick Warren dalam Peter Drucker Memorian. Humility, Integrity dan Generosity adalah Pengejawantahan dari Sikap Kerendahatian dan Sikap Saling membantu antar sesama.

Standing on The Shoulder of Giant Ketika kita link ke situs Google Scholar, salah satu fasilitas Google untuk browsing jurnal ataupun artikel, maka pada tampilan depannya akan selalu terpampang quote ini. Standing on the shoulder of giant, atau Berdiri di atas bahu raksasa. Who is giant? siapakah yang raksasa? nah ini terkadang kita lupakan ketika kita membuat suatu penelitian dan sukses, kita terkadang egois dan muncul rasa kesombongan diri. Kita tidak pernah merasa bahwa penelitian yang kita lakukan tentunya diinspirasi dan mendapatkan sumber referensi dari penelitian-penelitian yang telah ada sebelumnya, bahkan mungkin umur penelitian itu telah mencapai ribuan tahun. Rentetan Penemuan mutakhir tentang HP (Handphone) yang kita sering gunakan sehari-hari ini,diprakarsai oleh beberapa tokoh penting yaitu Alexander Graham Bell, dan Antonio Meucci( penemu telepon), kemudian muncul lalu ada Amos E Joel Jr, pionir sistem penyambung (switching) ponsel dari satu wilayah sel ke wilayah sel yang lain. Switching ini harus bekerja ketika pengguna ponsel bergerak/berpindah dari satu sel ke sel lain sehingga pembicaraan tidak terputus, kemudian hadir penemu HandPhone yang bernama Martin Cooper (Motorola), dan sekarang bermunculan penemuan-penemuan mutakhir dari aplikasi handphone yang menghasilkan Perangkat HP yang canggih nan super aplikatif. Nah ini berarti bangunan pengetahuan dan sejarah panjang penemuan tentang HandPhone yang ada sekarang telah dirintis beratus tahun lalu oleh para peneliti seperti Bell, Meucci, Joel, hingga Cooper. Nah ini membuktikan bahwa penemu teknologi canggih tentang HP seperti "berdiri di atas bahu penemu-penemu" yang disebutkan di atas. Ada filosofi yang dikemukakan juga oleh Dr. Maria dalam kuliahnya, bahwa kita dapat membangun sendiri dari penelitian yang kita lakukan, tapi apakah itu kita mulai lagi dari awal (baca nol)?. Laksana ketika secara sendiri-sendiri membuat bangunan di padang pasir, bangunan itu seperti gundukan pasir yang bertebaran di mana-mana, ketika ada tiupan badai akan hilang seketika. Namun ketika kita membangun sebuah penelitian dari penelitian sebelumnya dan meng-acknowledge (menuliskan sebagai wujud pengakuan dan penghargaan atas penelitian sebelumnya) maka kita seperti membangun sebuah Piramida, yang kokoh. Nah landasan inilah yang mesti kita bangun. Ketika ada badai tak akan mudah digoyahkan. Namun sekali lagi kita tidak boleh Egois dan Sombong akan kemutakhiran dan fantastisnya penemuan yang kita hasilkan. Cerita Kapal Raksasa Titanic yang berdimensi panjang 269 meter (882 kaki 9 inci) dan 28 meter (92 kaki 6 inci) lebar, berat mati 46.328 ton, dan ketinggian dari permukaan air ke geladak setinggi 18 meter (60 kaki)yang pembangunannya di biayai oleh J.P. Morgan dengan perusahaannya International Mercantile Marine Co. yang diklaim oleh majalah Ship Builders sebagai kapal yang "hampir tidak mungkin tenggelam". Akan tetapi akhirnya tenggelam pada 15 April 1912 setelah menabrak gunung es di selatan Grand Banks di Newfoundland Samudera Atlantik dekat Negara Kanada dalam pelayarannya dari Southampton,Inggris menuju New York City, New York, pada 15 April 1912. Nah buat apa kita sombong akan penemuan kita? Acknowledge, Plagiat atau Menghargai? Acknowlegde merupakan sisi yang paling dekat dari istilah Plagiarism. Dalam Tutorial unsw.edu disebutkan bahwa untuk menghindari masalah plagiat inti utamanya adalah meng-acknowledge individu atau institusi yang memiliki hak atas penemuan atau penelitian sebelumnya, berikut kutipannya "Plagiarism is using the words or ideas of others and presenting them as your own. Plagiarism is a type of intellectual theft. It can take many forms, from deliberate cheating to accidentally copying from a source without acknowledgement. Whenever you use the words or ideas of another person in your work, you must acknowledge where they came from. You can avoid plagiarism by following the suggestions outlined in this guide.". Dalam Oxford Learners Pocket Dictionary pada Page 8 kata Acknowledge : tell sb that you have received sth (eg a letter), show that you have noticed, publicly express thanks for help you have been given. Kesemuanya mengandung makna menyampaikan kepada khalayak bahwa hal-hal yang membantu kita dalam suatu hal wajib kita berikan apresiasi, penghargaan,dalam hal ini dicantumkan dalam penelitian kita. Kita ketahui bersama kasus Plagiarisme dari Profesor AA. Banyu Perwita, PhD. Kasus ini muncul ketika ditemukan kesamaan materi dan isi dalam artikel yang berjudul “RI as a new middle power? yang diterbitkan koran berbahasa inggris The Jakarta Post.Tulisan ini ternyata sama dengan artikel yang ditulis Carl Ungerer, peneliti asal Australia. Tulisan Ungerer berjudul “The ‘Middle Power’ Concept in Australian Foreign Policy” diterbitkan dalam Australian Journal of Politics and History: Volume 53, Number 4, 2007. Nah mungkin saja Prof. Banyu tidak menuliskan sumber tulisannya sehingga mengakibatkan resiko fatal bagi karir akademiknya. Apalagi saat ini teknologi penelusuran artikel ataupun jurnal telah semakin canggih sehingga memungkinkan tulisan yang kita buat bisa ditelusuri kesamaannya bahkan kebenarannya. Termasuk isu yang lagi menghangat saat ini tentang plagiat atau penjiplakan opini karya Hatbonar Sinaga berjudul "Menggagas Asuransi Bencana" yang dimuat di Kompas, 21 Juli 2006 yang disangkakan kepada Dr. Anggito Abimanyu dosen Fakultas Ekonomi dan Bisnis UGM melalaui tulisannya yang berjudul "Gagasan Asuransi Bencana" yang ditulis di harian Kompas, Senin, 10 Februari 2014. Nah sekarang kita mulai sadar bahwa inti dua hal yang menarik di atas adalah kembali pada sifat fitrah manusia, yaitu Belajar Memberikan Penghargaan kepada sesama bahkan jika itu bantuan sekecil apapun, bersikap saling menghargai adalah budaya yang perlu dikembangkan. Apakah kita akan hidup meyendiri dan terkucilkan dalam pergaulan jika kita tidak memberikan ruang dan kesempatan kepada rekan sesama untuk mengembangkan ilmu kita? tentu kita tidak ingin seperti kondisi demikian. sekali lagi acknowledge others and keep standing on the shoulder og giant. Karena kita akan menjadi Hebat di atas Pundak Raksasa. Tidak akan ada yang berani kepada kita jika berdiri di atas pundak Raksasa..heheheheehe.... Sekian tulisan ini, tunggu tulisan berikutnya...Keep on Fighting till the end... Taufik Nur Makassar, 21 Februari 2014 sumber tulisan : 1. http://id.wikipedia.org/wiki/RMS_Titanic 2. http://berita-pilihan.blogspot.com/2008/11/kisah-penemu-handphone.html 3. Perkuliahan Ibu Maria A, Ph.D.Metodologi Penelitian 5. http://budiono.net/2010/02/15/berdiri-di-bahu-raksasa 6. http://www.lc.unsw.edu.au/onlib/plag.html 7. Oxford Learner's Pocket Dictionary 8. http://www.metrotvnews.com/metronews/read/2014/02/16/6/216370/Dituding-Menjiplak-Anggito-Abimanyu-akan-Mundur-dari-UGM 9. Gambar : leisureguy.wordpress.com

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline