Selalu ada rasa kedamaian dan ketenangan ketika memandangi samudera biru nan luas itu. Lautnya tenang dan serasa ingin ikut menceburkan diri dan menyelam menikmati keindahannya yang tidak pernah dijamah. Kesan ini bagi pembaca mungkin sama dengan kesan yang pernah penulis alami.
Membaca kesan di atas tentu kita yang berkecimpung di dunia bisnis ataupun di wilayah akademisi praktisi bisnis tentunya tidak akan teringat dengan Strategi yang dicetuskan oleh W. Chan Kim dan Renée Mauborgne dalam buku best sellernya “ Blue Ocean Strategy” (2005). Strategi Samudera Biru dengan segala kenikmatannya berbisnis di wilayah itu sehingga bagi para pelakunya akan merasa nyaman dan damai. Walau Blue Ocean Strategi ini bukan materi baru dalam jagad strategi bisnis namun penulis menganggap sangat layak untuk dibincangkan kembali termasuk hubungannya dengan pengembangan UKM kita di Indonesia.
Blue Ocean Strategi menjadi satu diantara dua kiblat strategi terpopuler saat ini untuk kaum pebisnis dan akademisi selain buku Tracy and Wiersemma (Harvard University) yang berjudul “ The Discipline of Market Leader”. The Disciplin of The Market Leader merupakan hasil dari penelitian terhadap perusahan-perusahaan yang eksis selama puluhan tahun, dan ternyata dari berbagai macam jenis perusahaan yang diteliti, mereka menerapkan 3 inti strategi yaitu : 1. Product Leadership, 2. Operation Excellence, 3. Customer Intimacy. Pada tulisan ini kita tidak akan membahas lebih dalam tentang buku tersebut, tetapi akan di bahas dalam tulisan selanjutnya. Blue Ocean Strategi atau Strategi Laut Biru ditulis oleh W. Chan Kim , Professor di University of Michigan Business School, USA dan Renée Mauborgne, Professor Strategi di INSEAD (Sekolah Bisnis terbesar kedua di dunia).
Ada pertanyaan kok mengapa samudera biru ? seperti digambarkan di atas bahwa istilah samudera biru ini diinspirasi oleh bagaimana tenangnya laut biru yang tidak pernah dijamah. Kemudian ketika suasana tenang tadi dihubungkan dengan dunia persaingan bisnis maka pastinya ranah ini merupakan dambaan pebisnis karena belum adanya kompetitor.
Arena kompetisi kompetisi ini dibagi menjadi dua yaitu Arena Red Ocean, samudera yang digambarkan merah dan penuh dengan darah dan Arena Blue Ocean, samudera yang digambarkan biru, yang tenang dan damai.
Samudera biru ini diciptakan oleh siapa? Samudera biru ini diciptakan oleh perusahaan yang telah jatuh bangun dan menjerit-jerit di Samudera Merah walau dengan berbagai strategi diterapkan namun tetap kesulitan untuk merebut pasar akibat pemain sudah sangat banyak hingga market sizenya menjadi sempit dan seakan sesak tak bisa bernafas, kemudian sebagian dari mereka berusaha membangun pasar dengan merubah batas market dan menciptakan market baru.
Dalam Arena Read Ocean, perusahaan digambarkan berkompetisi dengan ketatnya, sehingga terkesan berdarah-darah dan sebagian perusahaan yang tidak mampu berkompetisi akhirnya kolaps dan gulung tikar. Segala cara dilakukan, dari yang merugikan perusahaan orang lain hingga merugikan diri sendiri, seperti strategi perang harga akibat banyaknya pesaing yang masuk dan saling membantai satu sama lain. Nah cara yang terbaik yang diyakini oleh perusahaan yang bersaing di Red Ocean adalah mengambil market perusahaan lain dengan cara menurunkan harga.
Dapat diidentifikasi bahwa pada ranah Red Ocean, Marketnya sudah terdefenisi jelas dimana Competitive atributnya menggunakan Order Qualifier – Order Winner dimana Market Size semakin ketat dan sempit, role of the game sudah jelas, sedangkan pada pada ranah Blue Ocean akan diciptakan market size yang baru dan belum ada kompetisi di dalamnya. Untuk menciptakan market baru tentunya di butuhkan sebuah upaya atau kreasi yang unik dan sifatnya differensiasi. Upaya itu tidak lain adalah Innovation atau Inovasi. Meminjam istilah produsen motor Suzuki "Inovasi tiada henti". Inovasi disini tidak hanya bagimana menciptakan produk yang inovatif, namun juga bisa ditinjau pada wilayah marketing, service, maupun pengemasan produk. Nah bukan berarti berinovasi tetapi melupakan prinsip cost, strategi ini sangat menjunjung prinsip low cost production.
Nah ada cerita menarik yang bisa kita dapatkan tentang kisah perjuangan mencapai sukses oleh tim sirkus jalanan “Cirque du Soleil” dalam memenangkan persaingan pasar sirkus dunia. Grup yang didirikan pada tahun 1984 sebagai grup sirkus Street Performance terdiri dari pemain akordion dan fire eater (pemakan api) dan dipimpin oleh seorang CEO bernama Guy Laliberté. Pemimpin pasar pertunjukan sirkus pada saat itu didominasi oleh raksasa sirkus yaitu Ringling Bros. and Barnum & Bailey.
Sebenarnya potensi market dari sirkus era ini bisa dikatakan tidak aktraktif lagi, di era 70’ an hingga 90’ an, sirkus menjadi tontonan favorit, menjadi favorit mulai dari anak kecil hingga dewasa. Kejenuhan terjadi era 90 hingga 2000 an ini, hingga pada puncaknya sirkus disingkirkan oleh kehadiran Play Station yang sangat digemari oleh anak-anak sekarang, kehadiran media TV dan Film. Anak-anak di zaman informasi ini tentunya lebih tertarik bermain Play Station ketimbang mengunjungi pertunjukan sirkus. Ada apa dengan sirkus? yah sekali lagi sirkus mengalami stagnanisasi konsep dan tema pertunjukan, lebih dari ratusan tahun, konsep yang digunakan masih sama, masih pada pertunjukan atraksi hewan, kelucuan hingga atraksi yang menegangkan.
Cirque du Soleil ini kemudian menyadari kelesuan pasar dan posisi mereka yang masih terus di bawah grup sirkus yang lain. Mereka kemudian menggunakan strategi menyasar kelas eksekutif yang tentunya akan meraup keuntungan yang besar. Nah apakah kaum eksekutif akan rela membayar lebih dengan sirkus yang monoton ? Nah Ketika pertanyaan ini masuk kepada wilayah tertarik atau tidak, Grup sirkus kemudian mulai memasang strategi dengan cara me-reduce dan meng-eliminasi serta meng-create dan me-raise beberapa hal dalam konsep pertunjukannya.
Nah inilah inti dari Blue Ocean Strategy . Prinsip 1. Eliminated : Faktor umum apakah yang harus dihilangkan, 2. Reduce : Faktor standar apa yang harus dikurangi hingga pada titik bawah di bawah standar, 3. Raise : Faktor apa yang perlu dinaikkan banyak di atas standar industri, dan 4. Create : Faktor apa yang perlu diciptakan untuk menciptakan value Innovation yang sangat menarik pelangan dan tidak ada pada standar industri.