Siang ini saya disadarkan oleh telepon dari Linda dan membaca tulisan Om Jay bahwa saya ternyata sudah lama nggak menyentuh Kompasiana. Saya jadi merasa ikut berdosa, seperti telah membengkalaikan kawan-kawan seperjuangan, yang telah bersama-sama turut membesarkan rumah sehat ini. Saya tambah merasa makin bersalah lagi, menyadari saat ulangtahun Kompasiana yang kedua kemarin, saya malah tidak hadir, meskipun alasan ketidakhadirannya cukup kuat. Ya waktu itu, saya secara mendadak ditelepon Pemimpin Redaksi Kompas Rikard Bagun untuk berangkat ke Medan, mewakili beliau di pertemuan Forum Pembaca Kompas, dan memimpin rapat Biro Kompas Sumatera Bagian Utara. Karena beliau langsung menelepon, saya tidak bisa menolaknya. Biasanya saya cukup rajin membaca-baca artikel, terutama di rubrik Media. Bukan hanya membaca, tetapi juga memberikan komentar. Ada yang sekedar komentar, tetapi juga banyak memberikan masukan kepada para kompasianer, seperti tentang kelengkapan menulis dan bagaimana menulis agar menjadi mudah dipahami pembacanya. Hari ini saya ingin menyapa kembali teman-teman lama, dan teman-teman baru juga, dengan penuh harapan agar kita tetap secara bersama terus membesarkan rumah sehat ini. Nah, tadi saya membaca beberapa tulisan dan menemukan kata bawel. Pikiran saya langsung teringat akan Linda. Kawan saya satu ini memang paling bawel. Sering telepon, sering sms, sering protes, sering kritik. Tapi entah kenapa kalau Linda yang membaweli saya, kok saya senang saja. Sekeras apapun dia bawelnya, saya kok nggak merasa lagi ditimpukin ya. Saya tahu betul bahwa kata-kata Linda sekeras apapun maksudnya baik, yakni untuk kebaikan kita semua. Jadi saya tidak akan memarahi Linda, tetapi justru berterimakasih atas kebawelan beliau itu. Bawel tanda cinta... hahaha. Kalau membaca tulisan Om Jay, saya melihat sosok yang lain. Orangnya tenang, bahasanya kalem. Tetapi isinya sama dengan tulisan Linda tadi itu. Tajam. Mungkin Om Jay itu karena latar belakangnya guru, yang berbeda dengan latar belakang wartawan, seperti halnya Linda dan saya. Jadi kepada salah seorang tokoh senior Kompasianer ini, saya juga ingin berterimakasih atas segala peran, masukan, dan kritiknya. Tulisan saya ini memang bukan tanpa maksud. Yakni ingin memperbaiki hubungan kita semua ke depan, supaya kedekatan kita, kehangatan kita selama ini, kembali terjalin. Kemarin-kemarin, yang sudah baik, ya kita lanjutkan. Kemarin-kemarin, yang belum baik, ya kita perbaiki. Memang dalam dua bulan terakhir, banyak yang uring-uringan, termasuk saya, karena Kompasiana berganti mesin. Saya juga sebel, apalagi para kompasianer ya. Tapi apa boleh buat, resikonya saya ambil sebagai superadmin. Nah salah satu resiko menjadi admin atau superadmin ya dibaweli tadi itu, diprotesi, tapi kan nggak ditimpukin. Dan, salah satu tugas Kompasianer memang adalah membaweli. Jadi kalau Kompasianer tidak bawel, malah menurut saya, "tidak bertanggungjawab." Misalnya, sudah tahu ada masalah, kok diam saja. Itu berarti tidak ingin terlibat dalam perbaikan rumah kita. Nah mudah-mudahan superadmin dan admin, dalam berbagai kesibukannya sehari-hari, tetap dapat melakukan tugasnya dengan baik. Kata Linda, tugas pelayanan publik, yakni publik kompasianer. Akur, setuju! Kami memang harus belajar banyak bagaimana cara memberikan pelayanan publik tadi itu. Jadi sekali lagi bawel-lah untuk kebaikan kita bersama! Dan, saya kira semua kompasienar cukup dapat mengerti kalau saya mengatakan : never too late to become better! Ya kan? Wassalam, [caption id="attachment_78167" align="aligncenter" width="500" caption="Ilustrasi-Keluarga yang Rukun/Admin (shutterstok)"][/caption]
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H