Lihat ke Halaman Asli

Asyiknya Hanya Punya Dua Capres!!

Diperbarui: 23 Juni 2015   21:47

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Banyak istilah yang muncul dengan adanya hanya dua calon presiden yang akan kontes untuk kursi Presiden RI 2014-2019. Yang terakhir adalah istilah sudden death. Berapapun jumlah perbedaaan itu, 10 suara misalnya, tetap yang terbesar yang menang. The winner takes all.

Bayangkan betapa menyesalnya pihak yang kalah! Maka dari sekarang layak kita mendorong kedua pihak untuk bersedia legowo, siap menang, dan tentu harus siap kalah juga.

Memiliki dua calon presiden ini, bagi sebagian besar, termasuk saya, adalah pengalaman pertama. Enak memilihnya. Kalau sesuai dengan hati nurani, ya tinggal pilih saja salah satu dari dua calon, yang kebetulan memiliki dua karakter berbeda. Yang satu dicitrakan santun, sederhana. Yang lain tercitrakan elite. Yang satu dipandang sebagai representasi masa datang, yang satu sebagai bagian dari masa lalu. Mau pilih yang mana? Tinggal coblos salah satu saja nanti tanggal 9 Juli 2014. Nomor satu atau nomor dua, dua-duanya sudah dianggap calon terbaik untuk kita pilih.

Saya pribadi berpendapat bahwa kampanye tidak akan begitu efektif karena pada dasarnya orang sudah memiliki pilihan hatinya, sebelum kampanye itu sendiri dimulai. Benarkah demikian? Coba tanya pada diri sendiri, " apakah saya sudah menjatuhkan pilihan?"

Mengapa demikian? Memilih presiden tidak sama dengan memilih partai. Dalam pileg kemarin, saya terus terang tidak sempat mencoblos karena sesuatu hal, tapi bukan karena mau golput. Namun setelah tidak mencoblos, saya tidak memiliki penyesalan. Tapi dalam pilpres nanti, saya akan berusaha mencoblos dan saya pasti menyesal kalau tidak sempat melakukan itu.

Mengapa? Karena jauh sebelum kampanye dimulai pada 4 Juni nanti, saya sudah menjatuhkan pilihan kok. Demikian juga pasti Anda.

Memang akan ada orang yang masih bimbang, Jokowi atau Prabowo. Orang-orang inilah yang mungkin akan tertarik untuk melihat kampanye dari sisi substansi pada hari-hari akhir menjelang hari pencoblosan. Apalagi kalau kata Ruhut Sitompul, politik itu last minute, jadi orang bisa berubah pikiran pada detik terakhir menjelang deadline.

Yang kita harapkan sebagai warga biasa adalah bahwa masa kampanye nanti akan diwarnai oleh hal-hal yang menarik saja sebagai tontonan. Kita akan menonton hiburan politik dan itu mudah-mudahan cukup substansial sehingga memberikan pengalaman menarik bagi kita untuk meneruskan tradisi demokrasi ini dalam tahun-tahun berikutnya.

Pemilu bukan sekali ini saja, akan ada berkali-kali. Pengalaman pemilu dua calon seperti saat ini asyik diikuti dan akan menjadi pengalaman baik bagi semua orang. Mudah-mudahan semua orang mendapatkan pencerahan bahwa pemilu adalah sebuah kontestasi antarcalon untuk mendapatkan yang terbaik di mata publik warga negara. Jangan ada istilah perang karena ini bukan pertempuran.

Smoga di hari-hari berikutnya kita akan menyaksikan pertunjukan politik yang dramatis tapi damai !!!

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline