Perjalanan menuju kota Bursa dari Istanbul memakan waktu hampir 3 jam dengan menggunakan mobil. Di Pelabuhan Eskihisar, mobil kami menyeberang dengan kapal Fery untuk memangkas waktu perjalanan. Kami pun akhirnya tiba di kota Bursa pada sore hari.
Agenda pertama di Bursa adalah mendaki mount Uludag dengan cable car, namun beribu kali sayang, hari itu mount Uludag lagi tutup untuk wisatawan. Dengan sedikit kecewa, kami dibawa ke The Green Mosque dan The Green Tomb.
Kota Bursa atau dalam bahasa Latin dikenal dengan nama Prusa dan diera Ustmaniyah disebut dengan istilah Hudavendigar merupakan ibukota awal dari imperium Turki Ustmani. Kota Bursa dikenal juga sebagai kota Bursa yang Hijau karena beragamnya hutan hijau didaerah ini.
Bursa merupakan kota yang bertabur sejarah Ustmaniyah karena disini banyak terdapat rumah-rumah dan masjid-masjid tua era tersebut termasuk makam para sultan Ustmaniyah periode awal seperti Osman Ghazi, Orhan Ghazi, Mehmet I Celebi dsb.
Sore itu, dibawah rerintik rinai yang tercurah dari langit Bursa, ku mengunjungi The Green Mosque (Yesil Camii) dan The Green Tomb dari Sultan Mehmet I Celebi (kakek dari Sultan Mehmet II Al Fatih). Masjid bergaya Ustmaniyah ini dipenuhi marmer berukir terutama motif sarang lebah menggantung pada pintu dan mihrabnya serta dilengkapi kaligrafi surat Al Quran.
Mihrab Yesil Camii (Dokpri)
Dokpri
Masjid ini dibangun diatas sebuah bukit yang hijau oleh Sultan Mehmet I Celebi dan diarsiteki oleh Haci Ivaz Pasha sekitar trahun 1420-an Masehi. Sultan Mehmet I Celebi inilah yang berperan dalam Islamisasi nusantara khususnya pulau Jawa yaitu dengan mengirimkan wali songo atas permintaan pemuka agama di Jawa saat itu. Saya menyempatkan diri melakukan solat sunat Tahiyatul Masjid di Yesil Camii ini sebelum beranjak ke The Green Tomb.
The Green Tomb merupakan maosoleum atau pemakaman sultan Ustmaniyah. Di The Green Tomb, terbaring dengan tenang Sultan Mehmet I Celebi dan anak-anaknya serta ibu pengasuh beliau.
Pintu masuk The Green Tomb (Dokpri)