Lihat ke Halaman Asli

Dr.Taufik Hidayat

dokter forensik

Jumat Siang di Masjid Raya Al Mashun Medan

Diperbarui: 18 Juni 2023   22:03

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kamis, 15 Juni, saya mengudara dengan maskapai Wings Air tujuan Padang-Medan. Penerbangan dengan pesawat kecil berbaling-baling ini merupakan penerbangan satu-satunya yang secara direct melayani rute Padang-Medan dan sebaliknya 2 kali sehari. Alhamdulillah penerbangan berjalan lancar dengan cuaca yang mendukung. Tidak semua orang mempunyai keberanian untuk naik pesawat tipe ini, namun demi memangkas waktu, Wings Air adalah solusi.

Saya telah beberapa kali berkunjung ke Medan dengan Wings Air, pernah suatu ketika dalam rangka menuju Kuala Lumpur disaat penerbangan Padang-Kuala Lumpur distop akibat pandemi COVID-19. Salah satu masjid yang sering saya kunjungi ketika berada di Medan adalah Masjid Raya Al Mashun dari Kesultanan Deli, Medan.

Menurut wikipedia, Masjid Al Mashun mulai dibangun tahun 1906 oleh Sultan Makmun Al Rasyid dan digunakan pada tahun 1909. Masjid ini berbentuk segi delapan dengan sayap di 4 penjuru mata angin. Gaya arsitektur yang mempengaruhi masjid ini adalah gaya Mughal dengan interior bernafaskan Andalusia. 

Masjid Raya Al Mashun (Dokpri)

Saya berkesempatan menunaikan ibadah salat Jumat di masjid Al Mashun. Agak berbeda dengan acara Jumat yang biasa saya ikuti dikampung, Jumat di masjid ini kental dengan budaya. Setelah azan pertama, jamaah beramai-ramai salat sunat 2 rakaat dan setelahnya dibacakanlah ayat Al Quran oleh Qari. Setelah beberapa lama, masuklah khatib dan muazzin utama ke dalam masjid dan langsung menuju mimbar. Mereka terlihat begitu kudus dengan busana ala Timur Tengah yang mereka pakai. Sang khatib melangkah ditemani tongkat. Setelah khatib memanjati mimbar, sang muazzin kembali menyerukan azan didepan tangga mimbar. Khatib kemudian menyampaikan khutbah Jumat seperti biasa. Sesaat setelah khatib turun mimbar dan bergerak menuju bagian mihrab untuk mengimami salat, jemaah terdepan berebut menyalami khatib. Saya hanya bisa mengamati prosesi-prosesi Jumatan hari itu dari kejauhan; yang menurut pengamatan saya terlihat kurang lazim dengan kagum.

Interior masjid (Dokpri)

Siang itu begitu terik, kota Medan membara. Kota Medan ini identik dengan wilayah Kesultanan Melayu Deli. Kesultanan ini didirikan pada abad ke-17 oleh seorang keturunan Delhi, India-Aceh yang bernama Tuanku Panglima Gocah Pahlawan. Menurut sejarahnya, Aceh dan Siak pernah menguasai Deli, sebelum lepas ke tangan Belanda selanjutnya Jepang. Perekonomian Deli terutama digerakkan oleh usaha perkebunan tembakau Deli.

Selesai salat Jumat, saya menyempatkan ziarah kubur ke pemakaman sultan-sultan Deli dan keluarganya yang berada disamping masjid Al Mashun. Semoga mereka tenang dialam sana.

Makam bangsawan Deli (Dokpri)

Sekian---TH

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline