Lihat ke Halaman Asli

Yang Lebih Memprihatinkan dari Bangsa Ini Selain dari Musibah Bencana

Diperbarui: 26 Juni 2015   11:49

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

" .........Merapi saat ini sedang memberikan limpahan kesuburan, yang akan di nikmati masyarakat merapi kelak.. jadi masyarakat saat ini di harapkan menyingkir sedikit, sangat bersabar, tenang, dan menyiapkan stamina lebih untuk menghadapi kejadian yang saat ini terjadi.....merapi ini kan lebih banyak memberi, dari pada meminta, merapi telah memberi mata air yang jernih, tanah yang subur,bahkan telah bisa membangun gedung2 yang tinggi krena materialnya.....jadi, kita harus menanggapinya dengan bersabar.... "

[pak Surono-Kepala Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana]

Dini hari itu benar-benar membuat saya tegang dan di landa super khawatir. Mendengar kabar dari salah seorang kerabat yang juga teman dekat saya yang kebetulan menjadi relawan di gunung merapi. Di hari-hari sebelumnya ke khawatiran saya tidak pernah sampai sedahsyat ini. Benar-benar di buat nya saya menangis sesak. Bumi di sana lah separuh jiwa saya hidup. Kota tempat saya di lahirkan dan melaksanakan beberapa studi, di landa bencana.

Bergegas saya langsung meraih telepon seluler saya,kala itu pukul 02.10 waktu Jakarta.langsung saya tekan beberapa nomortelepon kerabat dekat saya. Sahabat terdekat saya salah satu yang menjadi prioritas. Kebetulann dia tinggal di daerah ngemplak.sekitar 18km dari puncak merapi. Belum selesai menekan nomor HP ternyata HP saya sudah berdering nada pesan masuk,saya lihat nama calon istri saya di layar dengan pesan yang sangat singkat: “mas,aku ngungsi..!!”

Jreeengggg..!!!

Secara tiba-tiba bathin saya tersontak dini hari itu jum’at 5 november 2010.sambil saya mencoba menghubungi beberapa sahabat saya yang bertugas di puncak merapi.ternyata upaya saya tidak membuahkan hasil.setelah itu kontak saya dengan keluarga,kerabat,sahabat,dan teman terputus.sambil tetap standby dengan layar monitor yang saya hubungkan langsung dengan pos lingkar merapi (posko pemantauan dari badan vulkanolgi dan mitigasi bencana geologi).

Mencoba memperhatikan kapasitas pribadiberpikir untuk pulang ke jogja,tapi yang menjadi dilema adalah bisa melakukan apa saya guna membantu mereka semua.tidak memiliki bendera relawan meskipun saya memiliki beberapa sertifikat pelatihan siaga bencana.dilema itu semakin berkecamuk dalam diri saya.

Mencoba tenang dengan sedikit berbincang dengan rekan-rekan,lahasil tidak pula saya merasakan ketenangan itu.kian waktu kian sangat berkecamuk.melihat kerumunan mahasiswa di depok sampai pasar minggu membuat saya semakin mengharu biru. Mereka begitu bersemangat,ngecrek istilah mereka dalam artian menghimpun dana guna membantu saudara-saudara korban bencana alam.ya beginilah cara mereka menunjukkan solidaritas kebangsaan mereka.begitu bangga mereka dengan almamater mereka. buat saya hal itu memang sangat membanggakan meskipun ini tugas social yang memang tidak lah layak memiliki kecenderungan pendapatan dalam bentuk apa pun.termasuk rasa bangga apalagi sombong.tapi biarlah nilai keikhlasan itu tuhan yang memiliki kuasa penuh terhadap amalan yang mereka lakukan.sambil melanjutkan perjalanan saya kemudian terinspirasi banyak hal tentang kejadian hari ini,kemudian saya memutuskan untuk parker di salah satu kampus besar di Jakarta untuk melepaskan kerinduan dengan almamater.sambil menyantap makan siang kemudian melaksanakan sholat jum’at berjama’ah.

Di kantin salah satu kampus itu,terlihat begitu sorak sorai obrolan ala mahasiswa,dengan berbagai macam bahasan.tidak asing saya dengan wajah-wajah mereka.sampai akhirnya ada kerumunan mahasiswi yang sedang sibuk membicarakan agenda hangout mereka sore nanti.saya tidak begitu ambil pusing.setelah makan siang selesai saya santap bergeraklah saya menuju masjid besar kampus itu,yang memang begitu sejuk dengan pepohonan yang rindang juga kolam yang sangat besar.setelah itu saya begitu khusu’ dengan sholat jum’at di masjid itu. Hingga selesai. Kemudian saya menyudahi ritual peribadatan saya dengan sedikit mentafakuri hari ini,di tengah bencana besar.hingga akhirnya ada suara salam yang mengagetkan saya.

Dengan santun anak muda itu menghampiri dan mengajak saya berbincang,yups,orang ini dulu rekan seperjuangan saya ketika di jogja. Begitu berseri dengan wajah dan senyumnya yang cemerlang. Kemudian dia menceritakan tentang berbagai bentuk keprihatinan mereka di kampus ini dengan kondisi lingkungan mahasiswa yang sangat jauh berbeda dengan dahulu kala.bercerita tentang ke apatisan mereka,kebutaan hati mereka tentang begitu bodohnya mahasiswa di kampus ini dalam kepekaan dan kecerdasan sosialnya.saya hanya senyum-senyum kecil.dan hanya bisa memaklumi betapa berat amanah yang di pikulnya di ladang ini.tak terasa setelah berbincang panjang lebar waktu sudah cukup sore,kemudian saya pamit undur diri, karena arah kami bersamaan saya tawarkan memberikan tumpangan,kebetulan dia tidak membawa kendaraan.

Sambil berjalan menuju arah keluar kampus itu kami masih berbincang tentang kehidupan di kampus ini.kampus besar dengan pamor dan popularitas yang juga cukup besar. Dalam perjalanan kami agak tersontek kaget ketika melewati salah satu gedung fakultas yang terlihat kerumunan begitu sorak sorai,gegap gempita penuh canda tawa.mereka begitu larut dengan kebahagiaan.di ketehui ternyata di sana sedang ada acara dies natalis fakultasnya.terlontar lah dari mulut saya langsung kepada rekan saya ini.”di situasi kondisi bangsa seperti saat ini yang penuh dengan kepedihan dan bencana agak kurang pantas,dan sangat tidak beretika begitu sorak sorai tertawa terbahak-bahak,larut dengan kebahagiaan macam ini!”. Kemudian sang teman menjawab “ya,beginilah kondisi di sini bang!sangat apatis dan terlihat sangat tidak memiliki rasa senasib sepenanggungan sebagai anak bangsa,padahal mereka setelah lulus nanti akan menempati posisi-posisi kemanusiaan di bangsa ini.”begitu miris rasanya,sampai berandai-andai,kalau saya pimpinan di kampus ini sudah saya bubarkan kegiatan macam ini.

Begitulah saya mengambil kesimpulan tentang hari ini,jum’at tanggal 5 november 2010,seiringn dengan bencana yang kian hadir dan mewarnai bangsa ini.di sisi lain allah benar-benar mentarbiyah[mendidik] hambaNYA tentang sebuah kesolidaritasan. Akan tetapi di sisi lain allah benar-benar menampakkan wajah paling memprihatinkan dari bangsa ini bernama etika dari agent perubah!

Kita boleh mengutip kalmia-kalimat arif dari pak surono yang kini akrab di panggil dengan sebutan mbah rono seperti yang saya kutip di bagian paling awal tadi.semoga tuhan [red:allah] senantiasa mendidik kita dengan cara yang arif dan bijaksana karena DIA lah sumber kearifan dan kebijaksanaan yang ada di dunia ini. Bagi kita yang belum berbuat,mari berbuat,kita belum terlambat. Silahkan ekspresikan kebahgiaan kita dengan cara yang arif dan bijaksana pula, kita tidak akan tahu rasa pahit dan pedihnya mereka jika kita tidak ada di posisi mereka,atau sebelum kita yang mendapat giliran,mari kita semaikan benih-benih kemuanusiaan dan kepekaan terhaadap lingkungan kita.maka ketika kita ada di posisi mereka kita juga mendapat kepekaan dari orang lain.buat rekan-rekan mahasiswa yang tadi saya jumpai sedang terbahak-bahak lepas,berubahlah sebelum kalian mendapat giliran mendapatkan bencana yang maha dahsyat.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline