Lihat ke Halaman Asli

Taufik Hidayat atTanari

Jaringan GUSDURian Banten - Jurnalis Muda

Bahayanya Belajar Otodidak

Diperbarui: 28 Agustus 2021   07:22

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Doc: Taufik Hidayat at-Tanari

BAHAYANYA BELAJAR OTODIDAK


_____
Jikalau orang hanya ngaji, tidak pernah ditashihkan ke guru katanya Mbah Hasyim Asy'ari ialah salah satu kerusakan yang sangat membahayakan مِن أضَر المَفاسد

Karena persoalan itu masyhur di kalangan guru, kiai, ustadz dan lainnya Ini adalah salah satu pesannya Mbah Hasyim Asy'ari
Murid itu harus menashih bacaannya:
أَن يُصححَ مايَقرؤُه قبلَ حفظِه تَصحِيحا جيِّدا، إِما على الشيخِ اَو على غيرِه ممَن يُتقنُه

Makanya, saya al-Hamdulillah termasuk dalam golongan "santri modern (Khalaf)" dalam bertindak dan "santri klasik (salaf)" dalam cakrawala berfikir yang tidak meninggalkan ruhnya ialah continue dalam metode'ngaji sorogan' bertatap muka langsung dengan kiai.

Karena, dengan kita ngaji sorogan berkahnya langsung terasa kepada diri kita, misalnya hanya sekedar "face to face" ngaji sorogan langsung ke Guru-guru saya yang di Pengaosan Kampung Nambo Desa Cibodas Tanara, Pesantren Kicili Gelebeg dan Pesantren Tengkele Serang, insyaallah menjadi pintu keberkahan.

Jadi, orang itu tidak boleh... Meyakini bacaannya sendiri sebelum ditashihkan ke guru.
Makanya, kalau guyonan Kiai-kiai yang di Jawa Serang (Jaseng) misalnya 'wa al-jaradi' lan Lawang (red-, dan pintu).

Lantas, muridnya protes "Yai, lamun makna antuk saking kula mah ta'rife walang' (red-, Saya punya makna soal itu ya belalang)" Guru langsung menimpalinya "Lah iya, maksude walang sing langsung nempel ning lawang' (red-, Lah iya, maksudnya itu Belalang yang langsung nempel di pintunya)".

Misalnya lagi 'wa al-'Ardhi' lan bom (dan bom) Gurunya bingung, loh kok 'wa al-'Ardhi' lan bom, setelah dilihat ternyata maknanya bumi, hihii.. Sejatinya, sudah telanjur malu, ini saya dapatkan penggalan cerita pengaosan atau pengajian dari Guru-guru Mulia di Pesantren Tengkele yakni Abah KH. Suja'i, KH. Matin Syarkowi dan Abah KH. Saifun Nawasi.
______
Komplek Ibnu Sina, 28/08/21

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline