Lihat ke Halaman Asli

TAUFIK HIDAYAT

Love, Bless and Dreams Comes True ❣️

Tidak Mudah Memaafkan Orang Lain, Tapi Berkacalah

Diperbarui: 29 April 2023   23:56

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilustrasi memaafkan (Foto tribunnews.com) 

Suasana Lebaran yang kita rayakan melekat dengan tradisi bermaaf-maafan. Segala silaf baik sengaja ataupun tidak sengaja semestinya menjadi lebur dalam kemaafan itu sendiri. 

Minal Aidin Wal Faidzin merupakan kalimat selamat di hari yang fitri. Maknanya semoga kita termasuk orang yang kembali dan berhasil. 

Kembali apa? Berhasil yang bagaimana? Sahabat Kompasiana pasti maklum akan hal ini. Kita kembali fitrah alias suci. Banyak orang yang mengungkap kita suci seperti bayi yang baru dilahirkan.

Berhasil menjadi manusia baru yang lebih baik lagi. Manusia yang bersahabat dengan amalan dan kebaikan yang menenteramkan. Semoga keberhasilan itu terus berlanjut di hari-hari yang lain. 

Ucapan yang baik pula adalah Taqabbalallaahi minnaa wa minkum yang memiliki arti Semoga Allah menerima (amal ibadah Ramadan) kami dan kalian semua. 

Lantas bagaimana bila hati masih belum bisa memaafkan ketika Lebaran telah tiba? Ingatlah bahwa tidak ada gading yang tidak retak. Betapa kuat gading itu, namun tidak ada mulusnya juga. 

Jadilah manusia yang mudah memaafkan kesalahan orang lain walau itu tidak mudah. Berkacalah bisa orang yang berbuat salah itu adalah kita sendiri. Apa perasaan kita jika ada orang yang tidak mau memang kita. 

Suasana Lebaran sudah sepatutnya diisi dengan kegiatan saling memaafkan bukan saling nyinyir dan menimbulkan dosa-dosa baru. Orang yang meminta maaf dan orang yang memaafkan adalah pribadi yang mulia. 

Ilustrasi memaafkan di hari yang fitri (Foto tribunnews.com) 

Sifat mulia itu sudah dicontohkan oleh Nabi Muhammad yang tidak pernah menaruh dendam pada orang lain. Jika Anda berbuat salah lekaslah minta maaf dan saling memaafkan sebelum tidak berguna lagi dinar dan dirham seperti termaktub dalam hadist-Nya. 

Dalil pentingnya meminta maaf dan jangan berbuat zalim (Bidik layar kesan.id) 

Dari banyaknya rujukan, meminta maaf dan memaafkan adalah hal yang baik. Ingatlah untuk tidak saling menyakiti sesama baik mental dan psikis. Ingatlah bahwa Allah Maha Pemaaf dan Maha Pengampun, cukuplah Allah sebagai saksi hidup kita. 

Salam Kompasiana! 

****




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline