Lihat ke Halaman Asli

TAUFIK HIDAYAT

Love, Bless and Dreams Comes True ❣️

Kompasiana dan Ucapan Hari Natal

Diperbarui: 23 Desember 2022   15:20

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pagi ini saya melihat ada pohon cemara di logo Kompasiana (Bidik Layar Kompasiana.com) 

Pagi ini, 22 Desember 2022

Saya melihat ada tambahan/insert tematik pohon cemara di logo Kompasiana. Saya cari tahu di postingan admin Kompasiana, ternyata tidak ada. Saya berasumsi sendiri. 

Mungkin karena sebentar lagi adalah Hari Natal, perayaan hari besar umat Kristiani di seluruh dunia. Pohon cemara adalah ikonik untuk perayaan Hari Natal.

Kepada keluarga besar Kompas dan juga Kompasiana khususnya saya ucapkan Selamat Hari Raya Natal yah. Semoga tidak mengurangi kadar keimanan saya. Tuhan kita cuma satu, kita yang tidak sama. 

Kepada Kompasianer yang turut merayakan, saya ucapkan Selamat Hari Raya Natal tahun ini. Semoga kasih dan sayang terus menyebar di seluruh muka bumi. 

Saya mau berkisah masa kecil saya boleh. Hehehe. Sebagai anak kecil yang lugu, saya begitu senang memiliki banyak teman. Tetangga saya dulu, 25 tahun yang lalu banyak yang beragama Kristen. Namun, bukan lambang dan simbol yang saya ingat hingga kini di usia saya yang ke-32. 

Kasih persaudaraan yang saya ingat. Bukan doktrin agama yang kadang disisipi kebencian. Saya suka berkawan, dan teman saya itu juga asyik saja berkawan. Saling berbagi. Saling tertawa. Kami bernyanyi dan mandi hujan bersama. Bermain kelereng dan memancing bersama. Jika musim layangan tiba, kami bermain layangan di kompleks kuburan - karena minimnya lapangan. 

Keluarga tetangga kami, waktu itu berjualan di pasar kawasan Medan. Mereka menjual aneka sayur dan juga buah. Tapi dominan buah pisang yang dijual. Sering kami diberi buah pisang yang masih layak dimakan. Sampai-sampai saya hapal betul aroma pisang itu. Pisang yang masak benar. 

Keluarga tetangga saya itu juga kerap memberi makanan, entah itu masakan atau kue-kue. Bila Natal tiba, mereka juga tidak segan memberikan kami aneka kue yang mereka buat sendiri. Jika ada sayur berlebih, maka kami bisa makan malam dengan sajian sayur di atas meja makan kami yang kecil. 

Tidak hanya itu, saya juga memiliki tetangga yang sedikit jauh dari rumah saya ketika itu. Kami memanggilnya Tante. Tante itu adalah pekerja di perusahaan swasta. Tante sering membawa majalah bekas yang tidak laku. Majalah Bobo waktu itu. Ia memberikannya kepada anak-anak di sekitar rumah kami - termasuk saya ketika itu. Hapal betul saya bau lembaran-lembaran majalah itu. Begitu menarik hati. 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline