Lihat ke Halaman Asli

Tentang Ikatan

Diperbarui: 1 Februari 2022   00:59

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilustrasi: shingeki no kyojin live action

Seorang anggota IMM seharusnya berjuang tidak sekedar sebagai mahasiswa, tetapi sebagai manusia yang dianugerahi akal budi, dan secara sadar memegang teguh nilai-nilai yang bersumber pada firman-firman Allah betapapun rumit masalahnya. – Djazman Al-Kindi

Pertemuan

Menjalani proses sebagai seorang mahasiswa memanglah asik dan bahagia mula-mulanya. Kebebasan yang tak dimiliki oleh siswa kini kau berjalan bebas memilih jalanmu sebagai mahasiswa. Namun kebebasan itu bukanlah kebebasan yang sebenarnya, itu hanya kebebasan dari satu jeratan kecil saja yang namanya sekolah. Kebanyakan dari mereka lambat sadar akan hal itu karena dunia mahasiswa yang begitu luas. Tanpa sadar kadang ada yang berjalan memutar sehingga mereka merasa bebas karena memang tidak mereka temukan “tembok” penghalangnya. Sementara ada segolongan kecil mahasiswa yang menandai dimana saja mereka telah berjalan dan sadar mereka telah memutar, kemudian mengubah arah terus lurus meluaskan arah langkahnya ke arah “tembok” dan mereka mendapati tembok besar yang mengelilingi mereka dan sadar akan keterbatasan dunia kampus yang membuai pikiran mereka yang hanya kurungan yang luas dan memutar, singkatnya pola pikir seperti setelah kuliah mengejar IPK tinggi kemudian berangkat dunia kerja dan hidup bahagia. Begitu praktisnya, pikiran mereka yang terjebak.

Dengan rasa penasaran dan ingin tahu yang tinggi seorang mahasiswa yang sadar akan ketidakbebasan mereka itu mencoba naik dan memandang keluar tembok pengekangan itu. Sungguh beruntung mereka mendapat sambutan hangat dari luar sana, dari kumpulan kaum intelektual sejati, mereka yang berfikir bebas tanpa kekangan untuk mewujudkan mimpi dan cita-cita yang bukan hanya cita-cita pribadi melainkan cita-cita dan tujuan hakikat umat manusia. Kumpulan itu bukan sekedar kumpulan biasa melainkan mereka membangun sebuah ikatan dan kebersamaan visi dan misi untuk mewujudkan masyarakat yang ideal. Tempat dimana ide dan gagasan selalu dibahas dan diuji menjadi sebuah gerakan demi terwujudnya cita yang ideal, tanpa lelah dan tanpa pamrih.

Satu langkah kemajuan adalah upah yang tidak langsung menjadi energi perjuangan mereka. Maka bergabunglah beberapa orang Mahasiswa yang berhasil keluar dari tembok penjara kurungan yang membatasi mereka pada pola pikir yang sempit dan praktis, kepada hakikatnya dari tugas-tugas manusia yang sejati. Ikatan itu sekarang telah berkembang dan membentuk pos-pos di sepanjang tembok menunggu Mahasiswa/Mahasiswi yang sadar dan berani melewati tembok besar itu. Untuk menjadi sebuah gerakan besar yang mampu merobohkan tembok besar di belakang mereka kemudian bergerak maju dan memperlihatkan kepada seluruh dunia bahwa inilah kebebasan yang sejati. Kebebasan untuk hidup bersama mencapai tujuan bersama yaitu tujuan umat manusia. Sekarang kita disini, kita saling menemukan, kita sadar, kita diluar tembok sempit itu, kita adalah Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline