Lihat ke Halaman Asli

Media dan "Kesombongan" Iklan BBM SBY-Demokrat

Diperbarui: 25 Juni 2015   07:32

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Oleh : Taufikurrahman Gaoza

Di era tekhnologi hari ini, “media” memiliki posisi yang fundamen dalam membentuk dan mempengaruhi opini publik. Baik media elektronik maupun media cetak telah begitu dekat dengan kehidupan kita, bahkan telah menjelma menjadi kebutuhan hidup manusia. Media telah merasuki relung kehidupan manusia, dan saking berpengaruhnya juga menjadi salah satu “sandaran paradigma” manusia (masyarakat) dalam memandang realita hidup dewasa ini.

Kebutuhan masyarakat akan informasi selalu dapat dijawab oleh media, namun kita juga tidak dapat percaya begitu saja dan atau menerima dengan mentah apa yang tersaji disetiap lembaran media (berita) kita terkait dengan informasi yang dibutuhkan, karena tak jarang muatan isi berita yang disampaikan media juga sarat dengan “kepentingan”, juga tak jarang berisi info-info pesanan (iklan misalnya) dari segelintir orang berduit yang mampu membayar tarif iklan di patok media.

Hal ini mengharuskan kita untuk mampu memfilter dan menganalisa dengan cermat sajian-sajian yang disuguhkan media apapun bentuknya. Mulai dari berita, iklan, dan lain sebagainya. Karena bagi media, hal terburuk bisa disulap menjadi yang terbaik, dan hal yang terbaik bisa dibentuk menjadi yang terburuk, asal ratting tetap tinggi. Karena wajah media hari ini sangat berwatak ekonomi (economic oriented). Kita mesti meningkatkan kewaspadaan terhadap sajian-sajian media.

Kesombongan Iklan BBM SBY-Demokrat

Menikmati sajian media tentunya tidak bisa tidak kita juga akan menikmati sajian iklan yang begitu banyak, bahkan hampir menghabiskan 75% persen jumlah tayangan media (TV). Tapi mesti dinikmati, karena memang media hidup dari sumbangsih iklan. Tapi akhir-akhir ini ada satu iklan yang kemunculannya di media mendatangkan kesan tak sedap, yakni iklan penurunan harga BBM sebanyak tiga kali yang di iklankan oleh Partai Demokrat.

Ditengah ramainya pemberitaan seputar penolakan kenaikan harga BBM yang diikuti dengan gelombang unjuk rasa dihampir semua daerah, menyebabkan iklan BBM SBY-Demokrat yang berisi “kebanggaan rezim pemerintahan ini karena telah menurunkan harga BBM sebanyak tiga kali”, menjadi begitu kontraproduktif, aneh, provokativ, dan membuat SBY-Demokrat begitu “menyombongkan diri”. Kenapa iklan ini dikeluarkan Demokrat disaat Tuan Presiden SBY tengah mengambil kebijakan untuk menaikkan harga BBM? Mengapa Demokrat begitu bangga dengan iklannya sampai-sampai terdapat foto Tuan Presiden yang tercoreng mukanya dengan tulisan “lanjutkan !”? Lantas apa yang mau dilanjutkan? Bukankah iklan tersebut menjadi bukti bahwa Tuan Presiden dan Partainya itu merupakan orang dan tempat bernaungnya orang-orang (kader-kader partai) yang suka menjilat ludahnya sendiri? Berapa banyak iklan-iklan sombong nan munafik lagi yang akan dibuat SBY-Demokrat untuk menghibur rakyat, padahal mereka tidak bisa melaksanakan apa yang menjadi pesan iklannya? Siapa yang tidak ingat dengan iklan antikorupsi-nya Tuan Presiden dan partai Demokrat dimana pejabat-pejabat teras partai itu kemudian banyak yang terseret kasus korupsi? Demikian deretan pertanyaan yang muncul di benak saya, dan tidak mampu untuk saya jawab.

Bila boleh menerka, saya ingin melihat kemunculan iklan tersebut sebagai salah satu bentuk “politik pencitraan” yang dilakukan SBY-Demokrat sebagai usaha untuk memperbaiki image/citra mereka dimata publik. Maklum, karena kebijakan menaikkan harga BBM yang diambil Tuan Presiden menjadi salah satu penyebab turunnya elektabilitas tuan Presiden dan partainya di mata konstituen. Ekspektasi partai berwarna biru ini untuk kembali meraih kursi kepresidenan di pemilu mendatang menjadi terancam. Kesempatan untuk diserempet partai lain dalam pertarungan meraih RI 1 menjadi begitu terbuka, Demokrat tentunya tidak ingin kehilangan kenikmatan sebagai partai penguasa. Semua usaha mesti dipergunakan untuk kembali meraih simpati publik, meski lewat iklan yang pada hakikatnya menyakiti hati rakyat Indonesia yang tengah gusar dengan isu kenaikan harga BBM.....

Perspektif “bingungologi” saya terhadap rasa kemanusiaan, moral, dan etika Tuan Presiden dan elit-elit kekuasaan hari ini..

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline