Dulu semasa sekolah kita mungkin pernah melakukan sebuah kegiatan mengoreksi bersama-sama, dimana lembar jawaban dari teman-teman kita koreksi untuk mempercepat proses penilaian. Pengoreksian pun dilakukan atas dasar percaya satu sama lain, kita mengoreksi lembar jawaban teman dan salah satu dari mereka pula yang mengoreksi jawaban milik kita. Setelah guru memberikan jawaban yang benar, siswa akan memberikan tanda centang bagi jawaban yang benar dan tanda silang bagi jawaban yang salah. Tentu saja pengoreksian yang dilakukan adalah dalam bentuk pilihan ganda.
Ketika fase mencentang dan menyilang sudah dilakukan langkah selanjutnya adalah memberikan nilai dengan 2 cara :
- Hitung jawaban yang benar maka masukkan formula (x, :, +, -) yang menjadikan nilai 10 atau 100 adalah nilai maksimal atau
- Hitung jawaban yang salah kemudian masukkan formula seperti langkah no.1
Jika dilihat keduanya maka langkah kedua adalah yang paling mudah dan sering dilakukan dalam memberikan koreksian jawaban. Dirasa lebih mudah karena rata-rata jawaban salah mahasiswa lebih sedikit jadi tinggalkan kurangkan saja dengan jumlah soal. Sebagai contoh, Si A total salahnya adalah 3 dari 10 soal maka memiliki jumlah benar 7. Nilai yang akan didapatkan adalah 7 (jika nilai maksimal adalah 10).
=====
Sadar atau tidak koreksi jawaban adalah sebuah kegiatan yang bersifat mendidik pagi pelaku dan memberikan sebuah pola pikir yang akan berimbas pada cara penilaian bagi yang melakukan koreksian. Jika seseorang memiliki jawaban benar lebih banyak dan jawaban yang salah sangat sedikit maka bagi pengoreksi akan lebih gampang cari jawaban yang salah saja dan hasilnya sama saja jika dilihat dari segi hasil.
Namun pandangan tersebut jika dinilai dari sebuah hasil saja. Memiliki jawaban benar 7 bukan berarti sama dengan jawaban salah 3. Mencari dan menghitung jawaban yang salah memang lebih gampang dibandingkan fokus menghitung total kebenaran jawaban. Dalam kehidupan sehari-hari pun demikian, menilai sebuah kesalahan lebih gampang dibandingkan menghargai sebuah kebenaran. Contoh ringan saja, isu mengenai kesalahan kecil dalam sebuah karya lebih menarik dibandingkan proses dan prestasi dari karya itu sendiri.
Saya teringat dari cerita teman lama mengenai project-nya di perusahaan tempat dia bekerja sekarang. Sebagai seorang karyawan junior, idealisme dan semangat perubahan yang terbarukan adalah ciri khas anak muda dalam bekerja zaman sekarang. Perubahan semangat kerja di sana-sini dan setiap kegiatan yang dipimpinnya selalu membuahkan hasil yang sangat memuaskan. Namun bukannya sebuah pujian yang diterima dari lingkungan sekitar justru sebaliknya sindiran sinis dikarenakan hanya sebuah hal yang sepele. Jumlah jawaban kebenaran ini tidak terhitung walaupun sudah diketahui ketika jawaban yang salah dirasa lebih menarik.
Apresiasi bukanlah sesuatu yang susah untuk diucapkan hanyalah seuntaian gengsi besar yang ada menutupinya. Sebuah penghargaan tidak harus dalam bentuk sebuah wujud benda, ketika anda tersenyum dan mendengarkan cerita dari sang pembuat karya, itulah sepantas-pantasnya penghargaan dan menghitung jumlah jawaban yang benar.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H