[caption id="attachment_210935" align="aligncenter" width="496" caption="kompas.com"][/caption]
Beberapa waktu yang lalu, Wakil Menteri Hukum dan HAM Indonesia yang terkenal dengan sepak terjangnya yang vokal memberikan kultwit (kuliah via twitter) mengenai advokat koruptor. Dalam salah satu kicauan Denny, beliau mengatakan bahwasanya “Advokat Koruptor adalah Koruptor. Yaitu advokat yang asal bela membabi buta, yang tanpa malu terima uang bayaran dari hasil korupsi". Kicauan Denny ini membuat panas telinga para Advokat. Semua terusik dan tidak terima dengan perkataan Denny yang melecehkan para praktisi hukum tanah air, terutama advokat.
Tak tanggung-tanggung, OC Kaligis langsung melaporkan Denny Indrayana ke Polisi. Denny dituding melanggar Pasal 310, 311, dan 315 KUHPjunctoPasal 22 dan 23 UU No 11 Tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik (Kompas.com). Bahkan dalam sebuah program diskusi terkenal di TvOne, kicauan Denny Indrayana di Twitter dijadikan bahan pembicaraan. Dalam pertemuan tersebut datang pula berbagai advokat-advokat lainnya seperti Ruhut Sitompul dan musuh bebuyutannya Hotman Paris.
Denny melakukan pembelaan dengan memberikan keterangan bahwasanya tidak semua advokat itu kotor. Ada juga advokat yang bersih dan tidak menanggapi serius pernyataan Denny. “Dan kalau merasa advokat bersih tidak usah tersinggung dengan pernyataan tersebut” ujar Denny.
===
Beberapa tahun yang lalu, seorang Dokter Spesialis Rehabilitas Medik di sebuah Rumah Sakit terkenal di negeri ini memberikan pernyataan. “Fisioterapis itu hanya bisa pasang alat, tidak bisa assesment pasien”. Pernyataan ini mendapat tanggapan yang sangat keras dari sebagian besar Fisioterapis Indonesia. Semuanya mencekal pernyataan itu. Beberapa petinggi Fisioterapis Indonesia menghadap Kementrian Kesehatan untuk meluruskan pernyataan dari Dokter tersebut. Lalu demi untuk membuktikan benar atau tidak hal tersebut. Kemudian para pihak Kementrian bersama beberapa orang Fisioterapis survei ke beberapa daerah secara acak dan ingin melihat aktivitas Fisioterapis di Rumah Sakit. Dan hasilnya tidak ada satu pun Fisioterapis yang melakukan assesment pasien dengan baik dan benar.
ifi.or.id
Sejak kejadian itu, Fisioterapi mulai berbenah. Di samping dengan perjuangan kemandirian Fisioterapis. Di sisi lainnya beberapa pelaku pendidikan Fisioterapis mulai berbenah dengan memasukkan dalam kurikulum mengenai materi Assesment dan Diagnosa Fisioterapis. Kemudian dalam 3 tahun terakhir pendidikan S1 Fisioterapis yang semakin menjamur di mana-mana. Dan sekarang pendidikan Profesi Fisioterapis yang sedang diusahakan oleh Ikatan Fisioterapi Indonesia Pusat. Hal ini diwujudkan atas rasa “tidak terima” ucapan seorang dokter yang sudah menyinggung profesi Fisioterapis.
===
Suatu hari seorang Pria sedang berjalan-jalan dengan mobil Ferari yang baru dibelinya. Pria ini melaju dengan kencangnya. Namun tiba-tiba dia mendengar suara lemparan batu yang mengarah pada mobilnya. Ternyata sebuah batu besar seukuran kepalan tangan merusak kaca bagian belakang. Sang pria marah bukan kepalang dan mencari siapa pelakunya. Tak jauh dari mobil hanya ada seorang anak kecil. Pria tersebut semakin marah karena kelakuan anak tersebut. sedangkan sang anak ketakutan dan wajahnya memucat. Setelah ditanya dengan nada marah-marah oleh pria tersebut. Sang anak mengatakan ingin memberi tahu bahwasanya di depan jalan sana adalah jalan buntu yang menuju jurang. Karena tidak tahu harus memberi tahu kepada Pria tersebut. Sang anak tidak pikir panjang lagi untuk melemparkan batu kepada mobil Pria tersebut.
Pria tersebut yang semula marah mendadak berubah menjadi malu karena sudah marah-marah yang sudah menyelamatkan hidupnya. Goresan di mobil tersebut sengaja ia biarkan agar bisa ingat dengan lemparan batu yang sudah menyelamatkan hidupnya
***
Kadang kita sering terlena akan “mobil” yang kita kendarai. Karena terlena dengan kenyamanan yang diberikan, kita tidak sadar ada jurang dan lubang yang ada di depan. Dan sebagian besar orang pasti marah jika “mobil” yang dikendarai tersebut di lempar oleh sebuah “batu”. Tapi tanpa kita sadari suatu saat nanti kita akan berterima kasih kepada orang yang sudah melemparkan “batu” kepada “mobil” yang sudah kita kendarai.
Salam Kompasiana untuk Fisioterapi Indonesia
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H