Salah satu ciri dan karakter dari Kurikulum Merdeka adalah bagaimana pendidikan dan pembelajaran terpusat pada peserta didik. Artinya, bagaimana peserta didik mempunyai pelbagai kodrat, minat, bakat, serta keunikan dan ke-khas-an-nya dari individu berbeda yang diharapkan dapat berkembang dan bertumbuh serta menjadi manusia yang merdeka.
Dalam kegiatan belajar mengajar di ruang kelas, misalnya, kemungkinan peserta didik tidak dapat menyerap secara menyeluruh isi materi dengan sempurna, karena ada pelbagai kognisi yang berbeda di dalam isi kepala peserta didik.
Oleh sebab itu, karena setiap siswa memiliki karakteristik dan pemahaman yang berbeda terhadap materi pembelajaran, sangat penting bagi seorang guru untuk memahami karakteristik masing-masing siswa. Siswa akan mengalami kesulitan dalam memahami konsep materi jika guru tidak memperhatikan ciri dan kepribadian mereka saat mengajar.
Apapun metode yang dipilih dan diterapkan oleh guru sebagai perancang pembelajaran, jika tidak didasarkan pada karakteristik individu setiap siswa, maka proses pembelajaran yang dilakukan tidak akan bermakna bagi mereka.
Dalam menunjang dan mengimplementasikan substansi Kurikulum Merdeka tersebut, maka, dibutuhkan semacam metode pembelajaran yang mampu memenuhi kebutuhan dari peserta didik.
Pembelajaran Diferensiasi adalah alternatif konsep ideologi pendidikan dalam melaksanakan kegiatan belajar di ruang kelas untuk memberikan pemenuhan intelektual dan kekebasan peserta didik dalam menjalani pembelajaran. Pembelajaran diferensiasi merupakan pendekatan dalam pendidikan yang menyesuaikan metode pengajaran dan pembelajaran agar memenuhi kebutuhan unik setiap siswa.
Pendekatan ini mengakui bahwa setiap siswa memiliki gaya belajar, minat, dan tingkat kesiapan yang berbeda. Dengan demikian, pembelajaran diferensiasi berusaha untuk mengoptimalkan potensi individu setiap siswa melalui penyesuaian dalam konten, proses, produk, dan lingkungan belajar.
Konten pembelajaran diferensiasi mengacu pada apa yang diajarkan kepada siswa. Dalam konteks ini, guru dapat menyediakan berbagai materi atau sumber belajar yang sesuai dengan tingkat pemahaman dan minat siswa. Misalnya, untuk mata pelajaran sejarah, siswa yang lebih suka membaca bisa diberikan buku teks, sementara siswa yang lebih suka visualisasi dapat menggunakan video dokumenter.
Selain itu, materi pelajaran juga bisa disesuaikan dengan tingkat kesulitan yang berbeda, memastikan bahwa setiap siswa belajar sesuai dengan tingkat kesiapan mereka. Proses pembelajaran melibatkan bagaimana siswa mempelajari materi. Diferensiasi dalam proses dapat mencakup berbagai strategi pengajaran seperti pembelajaran berbasis proyek, diskusi kelompok, atau kegiatan hands-on.
Misalnya, dalam mata pelajaran sains, beberapa siswa mungkin lebih memahami konsep melalui eksperimen langsung di laboratorium, sementara yang lain mungkin lebih baik dengan menganalisis data dari eksperimen yang telah dilakukan. Guru juga bisa menggunakan berbagai alat bantu seperti teknologi pendidikan untuk mendukung berbagai gaya belajar.