Pendidikan Guru Penggerak adalah sebuah harapan dan impian bagi seluruh guru, yang dinyana, bukan hanya mendapat pengalaman berharga semata, tetapi, dapat mengubah konsepsi pemikiran ideologis untuk dapat mempertahankan sebuah identitas kebangsaan dan juga melestarikannya serta sebagai dasar pijakan para guru untuk menyemangati pekerjaan profesionalitas keguruannya.
Selama pembelajaran dari awal sampai sekarang, saya mengalami beberapa momen yang indah, karena begitu banyak kesempatan saya mempelajari sesuatu. Momen yang paling penting atau menantang atau mencerahkan bagi saya dalam proses pembelajaran Modul 1.1 hingga Modul 1.2 adalah ilmu dan pengetahuan bagaimana seorang guru bukan hanya mengajar dan mendidik. Artinya, civitas akademik di sekolah lebih luas dari itu semua. Pertama, sebagai seorang guru, tentu, harus mempunyai landasan filosofis pendidikan yang biasanya mempunyai akar historis dari kebangsaan.
Dan, pembaruan ilmu serta pengetahuan dari Pendidikan Guru Penggerak tidak lepas dari sebuah refleksifitas sebuah ideologi pemikiran yang dilakukan oleh Ki Hajar Dewantara. Ki Hajar Dewantara, yang lahir dengan nama Raden Mas Soewardi Soerjaningrat, adalah seorang tokoh pendidikan dan kebudayaan yang memiliki pengaruh besar di Indonesia. Beliau dikenal sebagai pelopor pendidikan bagi rakyat bumiputera pada masa kolonial Belanda. Konsep pendidikan ala Ki Hajar Dewantara lebih menekankan pada kebebasan, kreativitas, dan pengembangan diri, yang diwujudkan dalam gagasan tentang "Taman Siswa".
Taman Siswa menjadi gerakan pendidikan alternatif yang menjangkau masyarakat luas, terutama mereka yang tidak mampu mendapat pendidikan formal. Selain itu, Ki Hajar Dewantara juga merupakan tokoh pergerakan kemerdekaan Indonesia dan pendukung hak-hak pendidikan bagi semua lapisan masyarakat. Dedikasi dan kontribusinya dalam bidang pendidikan dan kebudayaan menjadikannya salah satu pahlawan nasional Indonesia yang amat dihormati.
Filosofi pendidikan Ki Hajar Dewantara, yang tercermin dalam konsep "Taman Siswa", menekankan pentingnya pendidikan yang inklusif, humanis, dan berbasis pada kebebasan individu. Baginya, pendidikan bukan sekadar transfer pengetahuan, tetapi juga pembentukan karakter dan pengembangan potensi manusia secara menyeluruh. Pendekatan ini menekankan pentingnya membebaskan peserta didik dari belenggu tradisi dan otoritas yang menghambat kreativitas dan pertumbuhan mereka. Ki Hajar Dewantara percaya bahwa setiap individu memiliki hak untuk mendapatkan pendidikan tanpa memandang latar belakang sosial, ekonomi, atau budaya mereka. Dengan demikian, filosofi pendidikannya menekankan pemberdayaan dan kemandirian, serta penghargaan terhadap keberagaman dan kesetaraan dalam akses pendidikan. Kedua, Nilai-nilai dan peran Guru Penggerak. Guru penggerak memiliki peran yang sangat penting dalam menciptakan perubahan positif dalam dunia pendidikan.
Mereka tidak hanya bertindak sebagai pengajar, tetapi juga sebagai pemimpin, motivator, dan agen perubahan. Sebagai pemimpin, mereka memberikan arahan dan inspirasi kepada siswa serta rekan kerja mereka dalam mencapai tujuan pendidikan yang lebih besar. Sebagai motivator, mereka mendorong siswa untuk mencapai potensi penuh mereka dengan memberikan dukungan, dorongan, dan umpan balik positif. Sebagai agen perubahan, guru penggerak mendorong inovasi, memperkenalkan praktik terbaik, dan mengadvokasi perubahan positif dalam sistem pendidikan.
Nilai-nilai yang mendasari peran guru penggerak adalah: Mandiri, Reflektif, Kolaboratif, Inovatif, serta Berpihak pada Peserta didik. Guru penggerak memegang peran sentral dalam membawa perubahan positif dalam dunia pendidikan. Nilai-nilai ini membentuk dasar bagi guru penggerak untuk menjadi agen perubahan yang efektif dalam meningkatkan mutu pendidikan dan menciptakan lingkungan pembelajaran yang inklusif, inovatif, dan berdaya guna. Kelima nilai ini mempunyai filosofis yang tangguh dalam menjalani profesi guru.
Nilai-nilai penggerak mempunyai satu keterikatan ideologis serta emosional yang saling berkelindan dalam mewujudkan Pendidikan Indonesia yang jauh lebih baik dan bermutu. Pemikiran Ki Hajar Dewantara, yang menginspirasi konsep pendidikan inklusif dan berbasis kebebasan dalam "Taman Siswa", dapat dihubungkan dengan nilai-nilai guru penggerak dalam upaya menciptakan perubahan positif dalam dunia pendidikan. Seperti yang tercermin dalam konsep Taman Siswa, guru penggerak memperjuangkan inovasi dalam praktik pendidikan, membangun jaringan kerja kolaboratif, dan mendorong keterlibatan aktif dalam proses pembelajaran.
Mereka memimpin dengan teladan, memberikan arahan yang jelas dalam mencapai visi pendidikan yang lebih baik, sambil secara terus-menerus melakukan refleksi terhadap praktik mereka. Selain itu, nilai-nilai kesetaraan dan keadilan yang diperjuangkan oleh Ki Hajar Dewantara sejalan dengan prinsip-prinsip yang dipegang teguh oleh guru penggerak dalam menciptakan lingkungan pembelajaran yang inklusif, di mana setiap individu dihargai dan didorong untuk mencapai potensi penuh mereka. Dengan mengadopsi nilai-nilai ini, guru penggerak dapat menjadi agen perubahan yang efektif dalam memperbaiki mutu pendidikan dan memberikan dampak positif yang berkelanjutan bagi masyarakat.
Menjalani Pendidikan Guru Penggerak membuat perasaan saya bagai menemukan kebahagiaan kembali. Semua kegiatan yang saya kerjakan belum pernah saya kerjakan sebelumnya. Kebahagiaan juga lahir karena bertemu dan berteman dengan guru-guru yang lain, yang punya intelektual, ilmu, pengetahuan, dan wawasan yang berbeda. Saya mendapati pemikiran dari temn-teman yang membuat saya menjadi lebih kaya dan saya pun banyak belajar dari teman-teman saya. Sebelum momen ini saya hanya berpikir tugas guru itu hanya mengajar saja, hanya mentransfer ilmu dan pengetahuan belaka. Sekarang, saya berpikir, bahwa, menjadi guru itu adalah sebuah panggilan dan pekerjaan dari hati nurani untuk terus berusaha dan berupaya belajar, dan terus mengeksplorasi tiap-tiap ilmu dan pengetahuan yang terbaru, dan rajin mencari relasi guru sejawat dan disiplin ilmu lain untuk menambah wawasan pengetahuan dalam diri kita sebagai guru.