Lihat ke Halaman Asli

Taufik

Freelancer Berdaulat

Mengapa Museum Tsunami Aceh Jadi Destinasi Edukatif Penuh Makna

Diperbarui: 18 November 2024   13:39

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kamu tahu, ada sesuatu yang spesial tentang tempat ini. Museum Tsunami Aceh bukan sekadar bangunan penuh dinding dan artefak, tapi ia punya nyawa yang menceritakan kisah-kisah tak terlupakan. Pernah membayangkan seperti apa rasanya menyusuri lorong-lorong yang mencerminkan kejadian dahsyat yang pernah terjadi?

Tenang saja, ini bukan cerita horor. Sebaliknya, museum ini adalah ruang untuk kita merenung dan menghormati mereka yang telah mengalami salah satu tragedi terbesar dalam sejarah Indonesia.

Lokasi Museum Tsunami

Museum Tsunami Aceh terletak di Jalan Iskandar Muda, Kelurahan Suka Ramai, Kecamatan Baiturrahman, Kota Banda Aceh, Provinsi Aceh. Lokasi museum ini berada di wilayah Blower, dan berada di samping pintu gerbang Kherkof Peutjoet.

Museum Tsunami ini dibangun untuk mengenang tsunami yang telah meluluh lantakan Aceh pada 26 Desember 2004, sehari setelah masyarakat Kristiani merayakan natalan.

Gedung ini didirikan atas inisiatif beberapa lembaga yang terlibat rekonstruksi Aceh pasca tsunami, di antaranya Badan Rekonstruksi (BRR) Aceh-Nias, Departemen Energi dan Sumber Daya Mineral, Pemerintah Daerah Aceh, Pemerintah Kota Banda Aceh, dan Ikatan Arsitek Indonesia (IAI).

Model bangunan Museum Tsunami diambil dari rancangan pemenang dalam sayembara, M. Ridwan Kamil, dosen arsitektur Institut Teknologi Bandung (ITB). Model rancangan bangunan yang digagas oleh Ridwan Kamil tersebut diadopsi dari ide bangunan Rumoh Aceh as Escape Hill.

Di sini, kamu bisa memahami bagaimana Museum Tsunami Aceh tidak hanya sekadar bangunan, tapi hasil dari desain arsitektur yang cermat, dibangun untuk membawa kita menyusuri perjalanan waktu.

acehtourism.travel

Setiap detail, dari struktur bangunan hingga alur kunjungan, dirancang oleh arsitek Ridwan Kamil agar pengunjung bisa merasakan emosi, refleksi, dan harapan.

Dan ketika kamu sampai di bagian kisah para penyintas, jangan kaget jika merinding---ini bukan sekadar cerita, tapi perjuangan hidup.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline